Bakauheni, Lampung (ANTARA News) - Peneliti independen Hadi Subroto menduga ada sebuah kapal kuno yang tertimbun di Bukit Kepayang, Bakauheni, Lampung Selatan, akibat tsunami terkait letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
"Dari hasil pengujian geolistrik tampak jelas bahwa objek yang diduga badan kapal terlihat membentuk anomali yang menyerupai irisan sebuah lambung kapal dengan posisi mengguling menghadap ke timur dengan ukuran tinggi lambung dan dak masing-masing sekitar 15 meter," kata dia, di Bakauheni, Lampung Selatan, Rabu.
Ia menyebutkan, bentuk itu identik dengan ukuran lambung kapal seperti yang telah diperkirakan melalui foto satelit dan analisa pergeseran jejak longsor.
Menurut dia, dari foto satelit juga telah terjadi adanya kapal yang menyangkut di puncak bukit Kepayang dengan ketinggian 155 meter di atas permukaan laut. Selanjutnya kapal tersebut bergerak menuruni lereng bukit yang memiliki kemiringan sebesar 20 derajat sejauh sekitar 150 meter di lereng bukit pada ketinggian 125 meter di atas permukan laut.
"Tidak hanya sampai di situ, kapal mengalami longsor untuk kedua kalinya sejuah 150 meter hingga di dasar bukit," ujarnya.
Hadi mengatakan di posisi terakhir ini, pola bayangan berbentuk mirip lambung sebuah kapal berada pada gundukan sepanjaag 200 meter membentang dari utara ke selatan.
Penelitian juga berlanjut dengan melakukan penggalian secara manual dari puncak gundukan longsor dengan metode pembuatan sumur dengan peralatan pahat batu.
"Proses penggalian ini memakan waktu sekitar setahun enam bulan," katanya.
Ia memperkirakan keberadaan kapal tersebut pada kedalaman antara 25--30 meter dari permukaan bukit.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Selatan Sutono mengatakan bahwa Pemkab Lampung Selatan mendukung penelitian oleh peniliti independen ini untuk penemuan kapal yang diduga terhempas oleh tsunami Krakatau 1883.
"Poin penting dari penelitian ini adalah untuk pendidikan. Selain itu juga untuk pengetahuan sejarah serta parawisata ke depannya," ujar dia.
Ia menambahkan apabila kapal tersebut benar ada, ke depan kawasan ini akan dijadikan situs wisata budaya, arkeologi, dan pendidikan serta pengetahuan sejarah.
Karena itu, pihaknya akan menyiapkan infrastruktur akses menuju kawasan ditemukannya kapal tesebut dan pembuatan duplikat kapal serta museum
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2014