Manado (ANTARA) - Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Sulawesi dan Maluku, Badan Geologi, Juliana DJ Rumambi, mengajak warga mewaspadai bahaya pergerakan tanah saat kondisi hujan ekstrem.

"Terjadinya pergerakan tanah atau longsor itu bisa diakibatkan oleh kondisi curah hujan ekstrem," kata Juliana di Manado, Sabtu.

Curah hujan ekstrem, kata dia, dapat menyebabkan kondisi tanah menjadi labil dan mudah longsor, sehingga warga yang tinggal di daerah terjal atau berbukitan harus berhati-hati apabila hujan turun deras dengan durasi yang cukup lama.

"Masyarakat terus memastikan tidak terjadi retakan tanah, dan bila hal itu terjadi untuk sementara waktu warga dapat mencari tempat yang lebih aman," ajaknya.

Bila kondisi retakan masih ringan, warga dapat melakukan rekayasa tanah dengan melakukan konstruksi.

Akan tetapi bila kondisinya cukup parah, sambil mencari tempat yang lebih aman, warga dapat melaporkan kondisi tersebut kepada pemerintah daerah setempat atau Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

"Pemerintah daerah selalu siaga. Paling penting adalah tetap waspada karena pergerakan tanah terjadi saat kondisi hujan dengan durasi yang cukup lama," ujarnya.

Selain warga yang tinggal di daerah terjal, pergerakan tanah juga harus diantisipasi warga yang tinggal di bantaran sungai yang hulunya berasal dari puncak gunung api.

"Saat hujan meterial vulkanik bisa meluncur deras, warga diharapkan berhati-hati," ajaknya.

Baca juga: PVMBG laporkan hasil penyelidikan pergerakan tanah di sekitar Marapi

Baca juga: BPBD Cianjur: Puluhan KK korban pergerakan tanah kembali ke rumah

Pewarta: Karel Alexander Polakitan
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024