Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI bakal merepatriasi atau memulangkan kembali sembilan kerangka manusia yang ditemukan tim teknis gabungan Indonesia-Jepang di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua, dan diduga kuat merupakan kerangka tentara Jepang yang gugur pada perang dunia kedua.

“Melalui penemuan ini, kami berharap ada narasi yang bisa dibangun ketika wisatawan Jepang datang ke Biak Numfor. Jadi bukan hanya mau melihat tulang dari leluhurnya, tetapi mereka datang, belajar, dan mengerti bahwa dampak dari perang dunia ternyata begitu hebat sampai ke daerah yang sangat terpencil,” ujar Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid saat ditemui di Jakarta, Jumat.

Hilmar menjelaskan, kesembilan kerangka tersebut akan dikaji dan diidentifikasi terlebih dahulu oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

“Nanti selanjutnya dilakukan kajian oleh BRIN bersama pihak Jepang untuk menentukan DNA, asal-usul, mengidentifikasi, dan mengkonfirmasi apakah benar dari Jepang atau tidak, agar bisa diproses informasinya, dan setelah itu dikembalikan ke Biak Numfor, perjanjiannya begitu,” ujar dia.

Baca juga: Jepang sebut ada 20.000 kerangka tentaranya di Papua

Ia juga mengemukakan proses menuju repatriasi sudah dijalankan oleh Kemendikbudristek, Pemerintah Jepang, dan Pemerintah Kabupaten Biak Numfor sejak tahun 2019.

“Sudah ada kerja sama yang beberapa kali dilakukan, baik dengan Pemerintah Jepang, Kemendikbudristek, maupun Pemkab Biak Numfor. Setelah serah terima ini, sembilan kerangka tersebut menjadi tanggung jawab kita, untuk selanjutnya diproses,” ucapnya.

Terkait keputusan akan mengembalikan sembilan kerangka tersebut ke Jepang atau tidak, Hilmar menyatakan pihaknya masih melakukan diskusi dengan Pemerintah Jepang, tetapi kemungkinan besar sembilan kerangka tersebut akan tetap disimpan di Biak Numfor.

“Ada banyak metode repatriasi, salah satunya yang sebetulnya paling dicari adalah resolusi, salah satu kemungkinannya, ya sudah biarkan di tempat orang itu berada, dan banyak sekali di seluruh dunia ini kalau kita lihat, makam-makam dari tentara yang bukan berasal dari negaranya, tetapi wafat di situ, tidak mesti selalu dikembalikan,” ujarnya.

Baca juga: Jepang lanjutkan repatriasi kerangka tentaranya di Papua

Sementara itu, Staff Ahli I Bupati Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik Kabupaten Biak Numfor Fransisco Olla mengemukakan, melalui penemuan sembilan kerangka diduga tentara Jepang tersebut, dapat menjadi pengungkit daya tarik wisatawan ke Biak Numfor.

“Kami berharap agar penemuan tulang-belulang diduga tentara Jepang ini menjadi salah satu pengungkit pariwisata yang ada di Kabupaten Biak Numfor. Kita berharap kunjungan wisatawan Jepang tidak punah, karena ada hubungan emosional, historis, sejarah perang dunia kedua, di mana ada kurang lebih 3.000 tentara Jepang yang mati di Gua Jepang,” ujar Fransisco.

Untuk diketahui, Tim Teknis Gabungan Indonesia dan Jepang dibentuk sebagai tindak lanjut perjanjian yang disepakati pada 25 Juni 2019 mengenai ekskavasi, koleksi, dan repatriasi kerangka atau peninggalan tentara Jepang yang gugur pada perang dunia kedua di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Baca juga: Pasukan Tentara Jepang kunjungi Monpera di Palembang

Perjanjian tersebut kemudian diperpanjang pada 21 Juni 2022 dan berlaku hingga 24 Juni 2025. Tim Teknis Gabungan melaksanakan kegiatan di Pulau Biak pada 20-30 Mei 2024 dengan hasil penemuan sembilan kerangka tersebut.

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024