Jenewa (ANTARA) - Dewan Uni Eropa (EU) memulai pertemuan puncak pada Kamis (27/6) untuk memutuskan sosok-sosok yang akan mengisi jabatan penting di blok tersebut.

Mereka juga akan juga menandatangani perjanjian keamanan dengan Ukraina.

Perdana Menteri Irlandia Simon Harris mengatakan sama sekali tidak ada keraguan siapa yang akan menjadi kepala Komisi Eropa berikutnya.

Harris mengatakan "ada konsensus yang jelas" bahwa ketua Komisi Eropa saat ini, Ursula von der Leyen, akan tetap menjabat.

Sementaran itu, Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban mengecam kesepakatan yang dicapai oleh Partai Rakyat Eropa (EPP) mengenai jabatan-jabatan pimpinan di EU sebagai sesuatu yang “memalukan”.

Orban mengatakan negaranya tidak dapat mendukung kesepakatan itu.

“Pemilih Eropa telah tertipu. EPP membentuk koalisi kebohongan dengan sayap kiri dan liberal,” sebutnya melalui media sosial X.

KTT dua hari tersebut diadakan setelah para warga negara-negara Eropa pada 6-9 Juni memberikan suara untuk menentukan komposisi Parlemen Eropa. Partai-partai sayap kanan memenangkan lebih banyak kursi, namun tidak mendapatkan kendali.

Agenda KTT tersebut antara lain mencakup bantuan militer ke Ukraina, visi mandat lima tahun ke depan, situasi di Timur Tengah, migrasi, pertahanan dan keamanan, serta posisi-posisi penting di blok tersebut.

"Kami akan menandatangani tiga perjanjian keamanan, termasuk satu perjanjian dengan EU secara keseluruhan,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy melalui media sosial X.

Perjanjian tersebut, menurut Zelenskyy, untuk pertama kalinya akan memperkuat komitmen seluruh 27 negara anggota EU untuk memberikan dukungan luas kepada Ukraina, terlepas dari perubahan kelembagaan internal apa pun.

Dalam pidato pembukaannya, presiden Ukraina itu menggarisbawahi bahwa setiap negara Eropa yang menganut nilai-nilai Eropa yang sama harus menjadi bagian dari keluarga Eropa.

“Hal ini berlaku untuk Ukraina, ini berlaku untuk Moldova, juga untuk masyarakat Balkan, Georgia – saya yakin momen Georgia akan tiba,” ucapnya.

Mengatakan Kyiv siap untuk mengambil "semua langkah yang diperlukan," ia berharap langkah selanjutnya tidak tertunda.

Dia juga menyerukan penguatan sanksi terhadap Rusia, dan menekankan bahwa tekanan yang ada saat ini terhadap Moskow tidaklah cukup.

Presiden Dewan Uni Eropa Charles Michel mengatakan Ukraina melakukan banyak reformasi mendasar. Menurutnya, Ukraina tidak hanya memperjuangkan kebebasan dan masa depannya, namun juga untuk nilai-nilai dan prinsip-prinsip bersama.

Sumber : Anadolu

Baca juga: Ukraina ambil langkah pertama untuk masuk ke Uni Eropa pada 2025

Baca juga: Uni Eropa setujui paket dukungan tambahan Rp853 triliun untuk Ukraina


Ukraina, krisis pengungsi terbesar di Eropa abad ini

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024