Kinerja PNBP mencapai Rp251,4 triliun, itu artinya 51,1 persen dari target APBN tahun ini sudah terkumpul

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp251,4 triliun hingga 31 Mei 2024.

“Kinerja PNBP mencapai Rp251,4 triliun, itu artinya 51,1 persen dari target APBN tahun ini sudah terkumpul,” kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Realisasi tersebut menunjukkan pertumbuhan negatif 3,3 persen.

Menkeu menggarisbawahi perlambatan kinerja PNBP dipengaruhi oleh kinerja sumber daya alam (SDA) selama dua tahun terakhir, baik migas maupun nonmigas.

Serapan penerimaan dari SDA migas tercatat sebesar Rp46 triliun atau 41,8 persen dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Realisasi SDA migas terkontraksi 9,9 persen (year-on-year/yoy) yang dipengaruhi oleh lifting minyak dan gas akibat tertundanya onstream. Di samping itu, juga penyusutan produksi alamiah sumur migas yang tinggi, sejalan dengan fasilitas produksi migas utama yang telah menua.

Adapun serapan dari SDA nonmigas tercatat mencapai Rp49,7 triliun atau 50,9 persen dari target APBN. Kinerja SDA nonmigas juga mengalami kontraksi, yakni sebesar 27,3 persen. Penurunan serapan SDA nonmigas utamanya dipengaruhi oleh moderasi harga batu bara.

“Ini berarti tren penurunan PNBP dari SDA migas dan nonmigas sama atau seiring dengan penurunan pajak. Ini yang menyebabkan kenapa penerimaan negara mengalami kontraksi yang harus terus kita kelola dan waspadai,” kata Menkeu.

Lebih lanjut, menurut Menkeu, realisasi pendapatan kekayaan negara dipisahkan (KND) tercatat sebesar Rp58,8 triliun atau setara dengan 68,5 persen dari target. Kinerja KND tumbuh 41,1 persen karena setoran dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perbankan dan nonperbankan.

PNBP lainnya terserap sebesar Rp64,1 triliun, terkontraksi 7,6 persen yoy. Namun, PNBP kementerian/lembaga tumbuh 2,8 persen yoy karena kenaikan denda dan dana kompensasi batu bara, pendapatan layanan jasa transportasi, serta pendapatan layanan administrasi dan hukum.

Terakhir, penerimaan dari Badan Layanan Umum (BLU) tercatat Rp32,7 triliun, tumbuh 10,8 persen yoy yang utamanya berasal dari pendidikan dan kesehatan serta pengelolaan kawasan otorita. Sedangkan pendapatan BLU pengelola dana khususnya pendapatan pungutan ekspor sawit mengalami perlambatan 17,8 persen yoy.

Diketahui, realisasi penerimaan pajak hingga Mei 2024 mencapai Rp760,38 triliun, melambat 8,4 persen yoy. Penerimaan kepabeanan dan cukai juga melambat 7,8 persen, yakni sebesar Ro109,1 triliun. Dengan demikian, total kinerja pendapatan negara per akhir Mei mencapai Rp1.123,5 triliun atau turun 7,1 persen yoy.

Baca juga: Menkeu: APBN salurkan Rp6 triliun untuk pembiayaan rumah
Baca juga: Menkeu: Belanja bansos capai Rp70,5 triliun
Baca juga: Pemerintah tekan penarikan utang 12,2 persen menjadi Rp132,2 triliun
Baca juga: Menkeu: Realisasi penerimaan pajak Rp760,38 triliun hingga Mei 2024

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024