angan kita bayangkan bahwa ketika kami membangun pengelolaan sampah di Rorotan itu bentuknya seperti gunungan sampah di Bantargebang
Jakarta (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menggunakan teknologi ramah lingkungan negative pressure (deodorizer) di fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar (RDF) Plant Rorotan, Jakarta Utara untuk mencegah aroma tidak sedap.

"Adanya sistem negative pressure di bunker agar bau tidak keluar dari plant, karena tertutup," ujar Kepala Unit Pengelola Sampah Terpadu Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Agung Pujo Winarko dalam acara daring yang diadakan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Provinsi DKI Jakarta, Kamis.
 
Kemudian, terkait pencegahan bau, pemerintah juga menyiapkan truk sampah compactor yang dilengkapi alat untuk memadatkan sampah sebelum dikirim ke fasilitas refuse derived fuel (RDF).
 
"Lalu untuk sampah-sampah yang dikirim ke RDF Plant Rorotan menggunakan truk compactor. Jadi dia tertutup, bukan dump truck yang terbuka," kata dia.
 
Selain teknologi untuk mencegah bau keluar, pemerintah juga menyiapkan teknologi ramah lingkungan lainnya di RDF Plant Rorotan yakni pengumpul debu (dust collector) guna meminimalkan debu di area pengolahan (plant).
 
RDF Plant Rorotan juga dilengkapi fasilitas pengolahan air limbah dan pencucian truk dan kawasan terbuka hijau (buffer green zone) di sekeliling area.
 
Agung lalu mengatakan adapun bentuk fasilitas pengelolaan sampah di Rorotan dibuat seperti pabrik dan tertutup, berbeda dengan tempat pengolahan sampah di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.
 
"Jangan kita bayangkan bahwa ketika kami membangun pengelolaan sampah di Rorotan itu bentuknya seperti gunungan sampah di Bantargebang. Tidak. Tetapi seperti pabrik, pabrik sampah dan tertutup," kata dia.
 
Fasilitas pengelolaan sampah yang pada Mei lalu dilakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) oleh Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono itu diperkirakan mampu mengolah sampah sebanyak 2.500 ton per hari dan menghasilkan bahan bakar alternatif sebanyak 875 ton per hari.
 
Agung menuturkan saat ini fasilitas tersebut masih dalam tahap konstruksi hingga Desember 2024 dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2025. Ini nantinya menjadi fasilitas pengelolaan sampah menjadi bahan bakar kedua terbesar di Jakarta setelah Bantargebang.
 
Agung menambahkan penerapan inovasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut diharapkan mampu menjawab tantangan Jakarta sebagai kota global dalam aspek lingkungan yang bersih, nyaman dan berkelanjutan.
Baca juga: LH Jaksel edukasi petugas gerobak pilah sampah guna disalurkan ke RDF
Baca juga: DPRD DKI siap dukung tambahan anggaran penanganan sampah Jakarta
Baca juga: Legislator nilai RDF Rorotan mampu perpanjang umur TPA yang terbatas

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024