Jakarta (ANTARA) -
PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU) membukukan laba bersih senilai Rp4,39 miliar pada kuartal I-2024, atau meningkat 34,66 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan laba perseroan ditopang oleh pendapatan yang senilai Rp60,51 miliar pada kuartal I-2024, atau meningkat 17,40 persen (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Keuangan MUTU Sumarna dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis, mengungkapkan segmen sertifikasi produk MUTU meningkat 13,01 persen (yoy) menjadi senilai Rp12,9 miliar pada tahun 2023.

"Perseroan terus melakukan inovasi dalam pengembangan dan penciptaan perdagangan nasional dan internasional, yang mana MUTU telah melayani lebih dari 3.000 klien perusahaan multinasional di seluruh dunia," ujar Sumarna.

Lanjutnya, perseroan juga menjadi lembaga sertifikasi pertama di Indonesia yang mendapatkan akreditasi sebagai Lembaga Validasi atau Verifikasi Gas Rumah Kaca dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Dalam kesempatan sama, Direktur Operasional MUTU Irham Budiman menyebut potensi industri Testing, Inspection, and Certification (TIC) di Indonesia dan global sangat besar, diperkirakan nilai pasar TIC global pada 2027 mencapai 270 miliar dolar AS atau sekitar Rp4.000 triliun.

Ia optimistis prospek industri ini masih
menjanjikan karena nilai pasar Indonesia yang baru mencapai Rp20 triliun.

"Industri TIC masih akan terus tumbuh secara eksposional di masa mendatang seiring adanya kebijakan hilirasi industri, pembangunan ekonomi hijau, digitalisasi, pengembangan ekonomi syariah, peningkatan volume perdagangan dan juga peningkatan kesadaran konsumen akan pentingnya sertifikasi," ujar Irham.

Menurutnya, langkah selanjutnya perseroan akan berfokus terhadap green economy, sharia economy dan digital economy.

"Perseroan menargetkan akan masuk ke bisnis perdagangan karbon yang dilakukan Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk kebutuhan green economy," ujar Irham.

​Untuk kebutuhan sharia economy, perseroan menargetkan akan banyak terlibat dalam sertifikasi halal, industri halal, dan wisata halal.

Sementara untuk digital economy, tren digitalisasi yang terus diterapkan juga menjadi prospek usaha yang relevan melalui penyediaan sistem traceability, terutama untuk aset sumber daya alam.

“Kami akan fokus pada tiga prospek usaha ini, dan menjadikan MUTU sebagai lembaga penilai kesesuaian terkemuka yang tidak hanya dapat diterima secara nasional namun juga secara global.” ujar Irham.

Lanjutnya, tren yang sama juga dialami oleh segmen pengujian laboratorium dan surveyor yang meningkat 2,67 persen (yoy) atau senilai Rp2,68 miliar, dan segmen inspeksi teknis tumbuh 16,28 persen (yoy) atau senilai Rp9,97 miliar.

​​​​​​​Per 31 Desember 2023, aset perseroan meningkat senilai Rp6,64 miliar dari sebelumnya senilai Rp275,44 miliar pada 31 Desember 2023 menjadi Rp282,09 miliar pada 31 Maret 2024.

Di sisi lain, liabilitas perseroan juga meningkat Rp2,66 miliar dari sebelumnya senilai Rp74,85 miliar pada 31 Desember 2023 menjadi Rp77,51 miliar pada 31 Maret 2024.

Pada periode sama, ekuitas perseroan tercatat senilai Rp204,58 miliar, atau meningkat Rp3,99 miliar dibandingkan dengan posisi ekuitas pada 31 Desember 2023 yang senilai Rp200,59 miliar.

Baca juga: Resmi IPO, saham perdana Mutuagung Lestari naik ke ARA 
Baca juga: Segera IPO, Gunanusa Eramandiri incar dana segar Rp75 miliar
Baca juga: Segera IPO, emiten cucu Soeharto bidik dana segar Rp713 miliar
​​​​​​​

Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024