Di sektor keuangan sepanjang tahun 2023 ini sudah ada sekitar 47.729 anomali. Dari sisi persentase paling banyak adalah aktivitas malware.

Jakarta (ANTARA) - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mengatakan terdapat sebanyak 47.729 anomali trafik pada sektor keuangan sepanjang 2023, dengan 56,23 persen di antaranya merupakan aktivitas malware.

"Di sektor keuangan sendiri sepanjang tahun 2023 ini sudah ada sekitar 47.729 anomali. Dari sisi persentase paling banyak adalah aktivitas malware," kata Manggala Informatika Ahli Muda pada Direktorat Keamanan Siber Sektor Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata BSSN Ishak Farid dalam Seminar Indonesia Cyber Risk 2024, di Jakarta Selatan, Kamis.

Selain itu, terdapat pula anomali trafik berjenis ransomware dan advanced persistent threat (APT).

Sementara, secara nasional terdapat 403,9 juta anomali trafik pada 2023. Sedangkan pada periode 1 Januari 2024 sampai dengan 13 Juni 2024 terdapat 91.413.397 anomali trafik, dengan 59,61 persen, di antaranya merupakan aktivitas malware, dan 17,45 persen aktivitas trojan.

Terhadap temuan tersebut, BSSN mengirimkan notifikasi-notifikasi indikasi insiden siber ke berbagai sektor termasuk sektor administrasi pemerintahan dan sektor keuangan.
Baca juga: BSSN catat 1,6 miliar anomali trafik pada 2021

Pada sisi lain, BSSN melaksanakan penilaian untuk mengukur tingkat kematangan keamanan siber berbagai organisasi secara sukarela.

Berdasarkan penilaian itu, skor tingkat kematangan keamanan siber perbankan berada pada level 4 atau dengan nilai rata-rata 3,99, yang memiliki arti implementasi terkelola.

Lebih lanjut Ishak menuturkan aspek terkuat adalah aspek identifikasi yang menunjukkan proses manajemen risiko, inventarisasi aset, dan manajemen aset yang terkelola dengan baik dan efektif.

Sedangkan aspek terlemah adalah aspek deteksi, yang menunjukkan bahwa organisasi perlu upaya lebih signifikan untuk mendeteksi dan merespons serangan siber secara lebih efektif.

Upaya perbaikan yang perlu dilakukan antara lain pemantauan secara berkelanjutan dan deteksi ancaman secara real time, respons dan pelaporan secara cepat kepada pihak berkepentingan, serta manajemen krisis.

Adapun potensi ancaman siber ke depan, antara lain malware, ransomware, web defacement, APT, internet of things attack, dan yang terbaru adalah serangan siber yang berbasis pemanfaatan kecerdasan artifisial.

"Yang mulai ramai sekarang deep fake, itu tapi mungkin beberapa tahun ke depan itu akan sangat halus dan tidak dapat dibedakan," ujarnya lagi.
Baca juga: BSSN: Anomali trafik terbanyak di sektor administrasi pemerintahan
Baca juga: BSSN harapkan perbankan respon cepat pemberitahuan anomali internet

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024