Saya menampilkan koleksi fesyen berkelanjutan, artinya saya menggunakan bahan-bahan yang tadinya hanya tergeletak begitu saja di gudang...
Badung (ANTARA) - Dwi Iskandar, desainer lokal kelahiran Jawa Timur yang meniti karier di Bali memamerkan busana hasil karyanya yang dibuat dari kain sisa produksi dan bahan bekas untuk menekan limbah produksi pakaian.

Di The Apurva Kempinski Bali, Kabupaten Badung, Kamis, Dwi memamerkan koleksinya yang dipakai para model dalam peragaan busana pada kegiatan bertajuk Path to Sustainable Growth.

“Saya menampilkan koleksi fesyen berkelanjutan, artinya saya menggunakan bahan-bahan yang tadinya hanya tergeletak begitu saja di gudang kemudian ada sisa produksi yang masih sedikit itu yang saya rancang dan padukan,” kata dia.

Baca juga: GIPI Bali terapkan konsep hijau sambut pariwisata berkelanjutan 2025

Dalam kreasinya, Dwi Iskandar juga menggunakan bahan bekas serta bahan pakaian yang baru yang dipadukan dengan tetap fokus pada konsep berkelanjutan dan pengurangan sampah khususnya limbah sisa produksi pakaian.

Menurut dia, kain bekas digunakan khususnya untuk ornamen berukuran kecil, misalnya bahan kain dari baju yang sudah berlubang yang dipindahkan lubangnya dan digunakan sebagai detail busana kreasinya.

“Jadi memang ada yang bahan bekas kemudian saya potong-potong untuk menjadi elemen detail sehingga tidak terlihat seperti orang yang memakai baju yang sudah jelek dan tetap terlihat menarik,” ujarnya.

Dwi mengatakan dalam proses produksi pakaian pasti ada bahan-bahan sisa, karena tidak semua kain akan digunakan dalam pembuatan busana.

Hal itu yang mendorongnya untuk melakukan gerakan dengan memanfaatkan kembali sisa kain yang ada dengan harapan tidak ada kain yang terbuang sia-sia untuk mendukung konsep berkelanjutan.

“Kita tidak harus memakai bahan yang benar-benar baru keluar dari toko, jadi kita bisa membuat sesuatu yang memadukan antara bahan baru dan bahan lama untuk bisa tetap tampil stylish,” kata dia.

Baca juga: Batik dan songket Indonesia ditampilkan di Italia

Ia mengakui bahwa dalam menerapkan konsep berkelanjutan bukan hal mudah, mengingat tak semua orang mau memakai bahan sisa.

Maka dari itu, peragaan busana kali ini dijadikan langkah edukatif dalam menggaungkan pentingnya kesadaran fesyen berkelanjutan demi lingkungan dan sosial.

Saat ini dampak sosial dari kegiatan Dwi juga sudah dirasakan di Singaraja, di mana desainer lokal tersebut sudah menggandeng ibu-ibu di sana untuk ikut membuat pakaian dari kain perca.

Director of Marketing and Communications The Apurva Kempinski Bali Melody Siagian menambahkan kegiatan Path to Sustainable Growth menampilkan sejumlah kegiatan seperti dialog interaktif yang mengundang sejumlah panelis berpengalaman di bidang masing-masing.

“Kami juga mengukur karbon emisi dari kegiatan ini seperti konsumsi energi dan listrik, pengelolaan limbah makanan dan minuman serta transportasi yang digunakan pengunjung dan panelis yang akan ditransformasi ke kegiatan penanaman mangrove,” tambah dia.

Baca juga: Disbudpar Jatim tampilkan karya fesyen dengan latar Pantai Midodaren

Pada kegiatan itu The Apurva Kempinski Bali juga mengundang sejumlah pihak seperti komunitas, lembaga non-profit serta pelaku konsep keberlanjutan di lokasi usaha lain termasuk perhotelan untuk saling berbagi dan berjejaring dan mendapatkan informasi dari para panelis.

“Harapannya ini dapat menginspirasi pelaku usaha khususnya pelaku perhotelan lainnya untuk melakukan upaya yang sama untuk mendukung keberlanjutan,” pungkas Melody.

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024