Selama pengobatan tidak ada biaya sedikitpun yang kami keluarkan. Pelayanan di rumah sakit juga sangat baik
Jakarta (ANTARA) - Nur Hayati (40), seorang peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN dari pemerintah, menderita kanker serviks dan pernah memanfaatkan Program Jaminan Kesehatan Nasional di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Haryoto Kabupaten Lumajang.
Dalam rilis yang diterima dari BPJS Kesehatan di Jakarta, Rabu, Nur mengatakan bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, banyak sekali tindakan yang harus dilalui, sampai akhirnya dirujuk untuk menjalani tindakan yang lebih lengkap di sana.
"Selama pengobatan tidak ada biaya sedikitpun yang kami keluarkan. Pelayanan di rumah sakit juga sangat baik, dokternya dan tenaga medis sigap melayani pasien. Tidak ada perbedaan juga, mana yang pasien umum dan mana yang pasien JKN," ujar Nur.
Mengidap penyakit kanker leher rahim yang bagi sebagian besar orang menakutkan tidak membuatnya resah dan gentar. Dia mengatakan berjuang melawan kankernya dengan berpikir positif dan tekun menjalani proses pengobatan, agar proses penyembuhan penyakitnya berjalan cepat, karena dia percaya dapat melewati keadaan itu dengan baik.
Dia pun mengatakan bahwa program tersebut banyak membantu hidupnya, dan berharap bahwa program tersebut dapat terus dilanjutkan agar seluruh masyarakat dapat merasakan manfaatnya.
Baca juga: Komunitas perempuan marginal dapat tes HPV gratis cegah kanker serviks
Baca juga: Kanker serviks dominasi proporsi kasus kanker di Indonesia
Nur pun berpesan agar masyarakat selalu mengutamakan pola hidup sehat, dan pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Dengan peduli menjaga kesehatan, ujarnya, setidaknya bisa membantu pemerintah dan BPJS Kesehatan dalam menghemat anggaran kesehatan.
Kanker leher rahim atau kanker serviks adalah kondisi di mana terdapat penumbuhan sel-sel ganas yang tak terkendali di leher rahim. Sebanyak 90 persen pasien yang menderita kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papillomavirus (HPV).
Kanker tersebut menjadi penyebab kematian tertinggi baik secara nasional maupun global. WHO Asia Tenggara menyebutkan Indonesia menduduki peringkat ketiga tertinggi angka kasus baru dan peringkat keempat untuk angka kematian akibat kanker serviks.
Adapun The International Agency for Research on Cancer (IARC) mengestimasikan terdapat 408.661 kasus baru dan sebanyak 242.988 kematian di Indonesia pada 2022. IARC memprediksikan terjadi peningkatan 77 persen kasus kanker pada 2050.
Baca juga: Perkembangan kanker serviks dapat dicegah
Baca juga: BPJS sebut status peserta aktif program JKN di DIY capai 88,65 persen
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024