Dalian (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) China Li Qiang pada Selasa (25/6) mengungkapkan cara dunia bersama-sama mencoba faktor pendorong dan jalur baru untuk pertumbuhan ekonomi global di tengah dunia saat ini terancam tantangan unilateralisme dan proteksionisme perdagangan.

Penjajakan sektor-sektor terobosan (frontier) berikutnya untuk pertumbuhan tidak boleh dijadikan permainan menang atau kalah (zero-sum game) tetapi ditujukan pada pertumbuhan bersama bagi semua pihak, kata Li saat berpidato dalam sidang pleno pembukaan Pertemuan Tahunan ke-15 untuk para New Champion, yang juga dikenal sebagai Forum Davos Musim Panas (Summer Davos), di kota pesisir Dalian, timur laut China.

"Kebijakan 'pekarangan kecil dengan pagar tinggi' tidak dapat menghambat pembangunan lawan, tetapi hanya membelenggu tangan dan kaki pihak-pihak yang mendukung kebijakan semacam itu," imbuh sang PM.

Li mendesak negara-negara agar menciptakan lingkungan yang merata, adil, dan tidak diskriminatif bagi inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yang dikembangkan berbasis perlindungan hak kekayaan intelektual.

Menanggapi sejumlah pertanyaan dari Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) Klaus Schwab, Li menuturkan bahwa pada kenyataannya, banyak gagasan inovatif mendapatkan lahan subur untuk divalidasi di China, di mana benih berbagai inovasi dapat secara mudah menemukan lingkungan yang tepat untuk berkembang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Li mengatakan China dengan kokoh mendukung penelitian dan pengembangan dasar, menaruh penekanan besar pada pengembangan kekuatan iptek strategis nasional, dan secara gencar mendorong inovasi perusahaan, yang semuanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan inovasi orisinal.

China kini menaungi lebih dari 400.000 perusahaan teknologi tinggi, serta lebih dari 100.000 usaha kecil dan menengah (UKM) yang canggih dan terspesialisasi yang memproduksi berbagai produk baru dan unik.

Li juga mengatakan bahwa sangat penting untuk memanfaatkan kekuatan pasar secara sepenuhnya guna memainkan peran penentu dalam alokasi sumber daya.

"Bagi pemerintah, aspek terpenting adalah menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan kewirausahaan," ujarnya.

Dalam pidatonya, Li menyatakan bahwa China berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim dan bersikap proaktif dalam pengembangan berbagai industri hijau, seperti energi baru.

Menurut dia, pesatnya pertumbuhan industri baru di China sejalan dengan tren revolusi teknologi dan pembangunan hijau global.

Kendaraan listrik, baterai lithium, dan produk fotovoltaik yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan China tidak hanya memenuhi permintaan dalam negeri, tetapi juga memperkaya pasokan pasar global. Hal ini meringankan tekanan inflasi global dan berkontribusi positif bagi upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.

Sehubungan dengan hal itu, kata Li, negara-negara dan kawasan-kawasan wajib memenuhi tanggung jawab pengurangan emisi masing-masing dan tidak menunda laju transisi hijau hanya demi pertumbuhan ekonomi jangka pendek.

"Transisi hijau itu sendiri memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Kita harus bersama-sama mendorong pengembangan industri hijau dan rendah karbon serta menciptakan lebih banyak pendorong pertumbuhan ekonomi hijau," kata dia.

Li menyerukan kepada semua negara dan kawasan agar menjalin kerja sama secara erat, menentang konfrontasi blok dan pemisahan diri (decoupling), memelihara stabilitas dan aliran rantai industri dan pasokan agar tidak terganggu, serta mendorong liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi.

Semua negara dan kawasan juga harus mengoordinasikan pembangunan dan tata kelola, serta mengoptimalkan hukum dan kerangka kerja tata kelola terkait untuk mewujudkan pembangunan yang lebih inklusif.

Forum Davos Musim Panas, yang mengusung tema "Sektor-Sektor Pertumbuhan Berikutnya" (Next Frontiers for Growth), digelar dari 25 hingga 27 Juni.

Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024