Kami membawa teman-teman kelompok petani dan pesantren ke lokasi-lokasi yang best practice, champion, agar bisa diambil ilmu-ilmu untuk dibawa dan diterapkan di Aceh.
Banda Aceh (ANTARA) - Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Aceh membawa enam kelompok tani dan tiga unit usaha pesantren untuk melakukan studi banding ke Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, guna menjajaki peluang pengembangan komoditas padi yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

Manajer Fungsi Pelaksanaan Pengembangan UMKM Bank Indonesia Provinsi Aceh Syafiqar Nabil di Indramayu, Rabu, mengatakan program ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas petani, khususnya dalam membangun korporatisasi tani dalam bentuk koperasi.

"Kami membawa teman-teman kelompok petani dan pesantren ke lokasi-lokasi yang best practice, champion, agar bisa diambil ilmu-ilmu untuk dibawa dan diterapkan di Aceh," kata Syafiqar dalam keterangan yang diterima di Aceh.

Baca juga: China adopsi metode baru penanaman padi dorong pengembangan pertanian

Ia menjelaskan, upaya pembelajaran kelompok petani binaan Bank Indonesia Aceh ini dilakukan seiring dengan penyelenggaraan kegiatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

Apalagi saat ini, lanjut dia, Bank Indonesia Aceh juga sedang mengembangkan pilot project budidaya tanaman padi semi organik dan pengkajian kelayakan pengembangan Rice Milling Unit (RMU) di Aceh.

Selama di Indramayu, petani mengunjungi Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tani Mulus di Desa Mundakjaya, Kecamatan Cikedung, untuk mempelajari korporatisasi pertanian dalam peningkatan produktivitas.

"Karena di sini (Indramayu, red) mereka bisa konstan di sekitar 9 ton per hektare produksi padi, sedangkan kalau kami di Aceh itu masih di rata-rata 5 sampai 6 ton per hektare," ujarnya.

Petani Aceh juga belajar kepada Gapoktan Tani Mulus terkait penguatan korporasi mulai dari pelatihan, penguatan kelembagaan, pembiayaan, akses pemasaran, digitalisasi, bantuan sosial dan teknologi.

Kemudian, kata Syafiqar, mereka juga mengunjungi Gapoktan Sri Makmur untuk mempelajari pengembangan padi  organik. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah Aceh yang sedang melakukan sertifikasi organik ke kelompok-kelompok tani di Aceh.

"Organik ini artinya, seluruh input yang digunakan untuk penanaman itu tanpa bahan kimia, mulai dari pupuk organik dan sebagainya, karena itu juga bisa berdampak ke kualitas produksi termasuk kuantitas juga," ujarnya.

Selain berkunjung ke Gapoktan Tani Mulus dan Gapoktan Sri Makmur, petani Aceh itu juga mengunjungi Gapoktan Fajaragung di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, untuk belajar padi organik serta ke Ponpes Al Wizan Wanajaya guna mempelajari pengembangan agrowisata.

Baca juga: IPB University kembangkan benih padi cerdas iklim

Gapoktan  yang ikut dalam studi banding ini yakni Gapoktan Rahmat Bersama asal Kabupaten Aceh Barat, Kelompok Tani Makmu Beusare, Bina Sejahtera dan Rahmat Diteuka asal Aceh Barat, Kelompok Tani Bertani asal Aceh Besar, dan Makmu Beusare Sejahtera asal Pidie.

Kemudian tiga unit usaha pesantren yakni Pesantren Ummul Ayman 3 asal Pidie Jaya, Pesantren Mahyal Ulum Al Aziziyah asal Aceh Besar, dan Pesantren Najatul Fata asal Aceh Besar.

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024