Jakarta (ANTARA) - Pelemahan Rupiah sebesar 38 poin menjadi Rp16.413 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.375 per dolar AS dipicu kenaikan tingkat kepercayaan konsumen AS dari 100,4 menjadi 101,3.
Hal ini semakin membuka peluang Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama.
“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini dari data indeks manajer pembelian yang kuat (51,7 dari sebelumnya 51,0) dan pembacaan kepercayaan konsumen memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu.
Seperti diketahui, Gubernur Fed AS Michelle Bowman membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS karena inflasi AS sulit turun.
Baca juga: Anggota DPR: Penguatan fundamental ekonomi penting demi kurs rupiah
Menurut Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, pernyataan pejabat Fed tersebut mendorong peningkatan indeks saham AS yang bergerak di atas 105,60 dari sebelumnya 105,40.
Penguatan indeks harga rumah AS menjadi 0,2 persen dari sebelumnya 0,1 persen turut menaikkan indeks saham AS.
“Kenaikan indeks dollar AS ini efek dari data ekonomi AS semalam, yaitu data harga rumah dan tingkat keyakinan konsumen AS yang masih memperlihatkan kenaikan, sehingga masih berpotensi menyumbang inflasi AS,” ungkap dia.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke level Rp16.435 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.379 per dolar AS.
Baca juga: Pengamat: Penguatan indeks saham Asia bisa tahan pelemahan rupiah
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024