Nanning (ANTARA) - Setelah terkubur selama 1.200 tahun, sebutir biji teratai kini telah tumbuh dan bunganya sedang bermekaran di sebuah kota di China selatan, menyuguhkan wujud kuno dari bunga yang kerap muncul dalam puisi dan masakan China itu.

Teratai tersebut, yang dipamerkan di kebun raya Nanning di Nanning, ibu kota Daerah Otonom Etnis Zhuang Guangxi, tumbuh dari salah satu dari tiga biji yang ditemukan dalam penggalian di Provinsi Liaoning, China timur laut. Hasil pengujian karbon-14 menunjukkan bahwa usia dari ketiga biji teratai itu sekitar 1.200 tahun.

Sejak Mei tahun lalu, para pakar botani dari lembaga penelitian tanaman subtropis Guangxi berupaya menghidupkan kembali biji-biji teratai tersebut. Mereka secara hati-hati membelah cangkang biji itu untuk memudahkan proses perkecambahan sebelum kemudian menempatkannya di lingkungan yang dipantau dengan cermat.

Pada akhirnya, dua biji di antaranya bertunas, dan satu dari kedua biji itu mekar untuk pertama kalinya pada bulan lalu.

Foto yang diambil pada 1 Juni 2024 ini menunjukkan mekarnya benih teratai berusia milenium di kebun raya Nanning di Nanning, Daerah Otonomi Guangxi Zhuang, China. (ANTARA/Xinhua)

Teratai memiliki kesamaan arti dengan "kemurnian" dan "integritas" dalam budaya tradisional China, dengan sebuah artikel dari era Dinasti Song (960-1279) memuji teratai sebagai bunga yang "tumbuh tanpa cacat dari lumpur." Sementara itu, biji dan akarnya merupakan bahan yang umum dipakai dalam masakan China.

China memiliki sejarah panjang dalam menghidupkan kembali biji teratai yang berusia ratusan tahun. Catatan Dinasti Ming (1368-1644) telah mendokumentasikan proses menghidupkan kembali biji teratai yang sudah membatu dan tidak diketahui usianya.

Upaya menghidupkan kembali biji teratai kuno baru-baru ini kerap melibatkan pembudidayaan di laboratorium. Pada 2019, sebuah bunga teratai mekar di Istana Musim Panas Lama, atau Yuanmingyuan, di Beijing, setelah para ilmuwan meneliti bijinya yang telah berada di bawah tanah selama lebih dari 100 tahun.

Wei Miaoqin, peneliti dari lembaga penelitian tanaman subtropis Guangxi, mengatakan bahwa biji teratai memiliki struktur berlapis-lapis yang menutup air dan udara. Hal ini membuat biji teratai dapat tetap dorman selama lebih dari satu milenium jika disimpan di lingkungan yang kering, sejuk, dan tertutup.

Menghidupkan kembali benih kuno tersebut telah memungkinkan orang-orang di masa kini dapat mengamati dari dekat bunga-bunga kuno itu, yang memiliki kelopak lebih sedikit dibandingkan varietas modernnya, tutur Wei.

"Ini seperti pengalaman perjalanan waktu (time travel) di mana kita bisa melihat bunga yang sama dengan bunga yang pernah dikagumi oleh leluhur kita," imbuhnya.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024