hilirisasi sawit sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat, pengusaha sawit, bahkan pemerintah.
Palembang (ANTARA) -
Universitas Sriwijaya (Unsri) Palembang, Sumatera Selatan, mengedukasi masyarakat terkait hilirisasi sawit karena Indonesia berpotensi menjadi raja sawit dunia.
 
Pada kegiatan edukasi yang dikemas dalam seminar nasional yang dilaksanakan di Palembang sejak Selasa, 25 Juni  hingga Rabu, 26 Juni 2024 itu, Unsri juga berkoordinasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) University.
 
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Prof. Dr. Ir. A. Muslim, M. Agr mengatakan bahwa  hilirisasi sawit sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat, pengusaha sawit, bahkan pemerintah.

Baca juga: Kemenperin: Roadmap sawit Indonesia emas 2045 tekankan keberlanjutan
 
Menurutnya, sosialisasi level nasional dalam rangka edukasi masyarakat, pengusaha sawit, dan pemerintah tentang pentingnya hilirisasi sawit itu dilakukan karena banyak negara besar dari Barat dan Eropa sebenarnya iri dengan keunggulan sawit Indonesia.
 
"Indonesia bisa menjadi raja sawit dunia, karena luasnya efisien dan penggunaan lahan sedikit hanya 4,5 persen dari total lahan produksi minyak nabati. Akan tetapi bisa menghasilkan 34, 2 persen minyak sawit nabati dunia," katanya.
 
Ia menambahkan,  kedelai menggunakan lahan 40,5 persen, namun produksi yang menggunakan lahan luas tersebut hanya 30,2 persen.
 
Kemudian sawit lebih murah untuk diproduksi dibandingkan dengan yang lain seperti kedelai, minyak matahari, jagung, olive oil, dan lain - lain. Oleh karena itu sawit merupakan anugerah dan suatu keunggulan yang luar biasa dimiliki negara Indonesia.
 
Industri sawit juga berkontribusi menyerap 16,5 juta tenaga kerja dan mampu menghidupi 70,4 juta jiwa di Indonesia.
 
Peluang produksi sawit begitu banyak apabila hilirisasi dilakukan seperti untuk sabun, detergen, biodiesel, margarin, hingga produk makanan lainnya.
 
"Artinya kita bisa dikatakan sejak bangun tidur sampai tidur lagi ini sawit terus yang mendampingi. Bisa dikatakan miracle plan," katanya.

Baca juga: Kementan: Strategi Sawit Satu percepat sertifikasi ISPO petani
 
Ia menyebutkan hilirisasi sawit bisa berkembang di Indonesia dan terdapat tantangan yang dihadapi mulai dari produksi sentra masih sangat terbatas hingga riset dan sumber daya manusia yang masih kurang.
 
Indonesia juga menghadapi tantangan dari negara maju, yang menjual CPO atau PKO mengolah bio energi bisa untung banyak yang didapatkan oleh negara luar.
 
Negara lain juga menahan laju perkembangan sawit nasional dengan isu merusak lingkungan, kebakaran hutan dan lahan, kerusakan lingkungan dan sebagainya.
 
 
 
 
 
 

Pewarta: M. Imam Pramana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024