Dalian (ANTARA) - Seruan untuk memperkuat kemitraan disuarakan dengan lantang di Pertemuan Tahunan ke-15 untuk para Juara Baru (New Champion), atau yang juga dikenal sebagai Forum Davos Musim Panas 2024, yang sedang berlangsung saat dunia sedang mencari cara  pertumbuhan baru untuk mendorong ekonomi global yang lesu.

Lebih dari 1.700 perwakilan komunitas politik, bisnis, akademisi, dan media dari 100 lebih negara dan kawasan menghadiri pertemuan yang berlangsung selama tiga hari tersebut, yang dibuka pada Selasa (25/6) di kota pesisir Dalian, Provinsi Liaoning, China timur laut.

Meskipun terdapat beragam pandangan terkait tema "Sektor-sektor Pertumbuhan Berikutnya" (Next Frontiers for Growth) yang diusung forum tersebut, terdapat konsensus bahwa kerja sama merupakan hal yang sangat penting untuk  menghadapi dunia yang terus berkembang dengan cepat.

Pertemuan akbar ini berlangsung di tengah-tengah lanskap global yang semakin tidak menentu. Klaus Schwab, pendiri sekaligus ketua eksekutif World Economic Forum, menyoroti berbagai isu penting yang dihadapi dunia saat ini, yakni isu-isu seperti masalah lingkungan, ketegangan geopolitik, dan tantangan sosial seperti pandemi dan meningkatnya ketidaksetaraan pendapatan.

Sejak merebaknya pandemi COVID-19, ekonomi global telah terperosok ke dalam pemulihan yang lambat. Meskipun Bank Dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah meningkatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2024, mereka memperingatkan bahwa laju pertumbuhan masih berada di bawah rata-rata tahunan selama satu dekade sebelum pandemi.

Menghadapi dilema pertumbuhan ekonomi global, negara-negara yang memprioritaskan memaksimalkan kepentingan mereka sendiri tanpa mempertimbangkan kepentingan negara-negara lain, bahkan mundur ke belakang dengan mendorong pemisahan diri dan membuat hambatan-hambatan, akan menyeret dunia ke siklus kompetisi untuk memperebutkan sumber daya yang semakin menipis, kata Perdana Menteri (PM) China Li Qiang saat berpidato di pleno pembukaan acara tersebut.

"Tindakan yang tepat adalah mendekati isu-isu pembangunan dengan pandangan yang lebih luas dan pola pikir yang lebih inklusif, mencari kepentingan yang sah dalam kerangka memperluas sumber daya bersama-sama," kata Li.

Senada dengan Li, Schwab menuturkan bahwa kerja sama global dan kerja sama jangka panjang untuk melangkah ke cakrawala baru sangatlah penting.

Kekuatan
Berkat pemulihan China yang tangguh, negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu telah muncul sebagai kekuatan yang signifikan dalam mendorong ekspansi ekonomi global.

Perekonomian China menunjukkan kinerja yang kuat tahun ini, dengan tingkat pertumbuhan secara tahunan (year on year/yoy) mencapai 5,3 persen di kuartal pertama (Q1) dan melanjutkan tren positif di kuartal kedua (Q2).

Mengakui hal ini, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) 2024 untuk China dari 4,6 persen menjadi 5 persen, dengan alasan pertumbuhan kuat di Q1 dan inisiatif kebijakan baru-baru ini.

"China yakin akan memenuhi target pertumbuhan PDB tahun ini," kata Li.

Fred Hu, yang merupakan pendiri, chairman sekaligus CEO Primavera Capital Group, mengatakan bahwa China memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi global, terutama di negara-negara berkembang.

Dinikmati bersama
Dengan pasarnya yang besar, kemampuan manufaktur yang kuat, dan lompatan dalam inovasi teknologi, China merupakan penerima manfaat dari keterbukaan dan katalisator untuk siklus ekonomi global yang baik, kata Hu.

Sebanyak 21.764 perusahaan investasi asing didirikan di China dalam lima bulan pertama tahun ini, naik 17,4 persen (yoy).

Selama enam tahun terakhir, Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE), pameran tingkat nasional pertama di dunia yang mempromosikan impor, menarik partisipasi lebih dari 10.000 perusahaan luar negeri dan merilis lebih dari 2.400 produk, teknologi, dan layanan baru.

"Kami optimistis dengan China ke depannya," ujar Shin Hak-Cheol, CEO LG Chem. Raksasa kimia dari Korea Selatan ini telah membangun lebih dari 10 basis produksi di China sejak memasuki pasar ini lebih dari tiga dekade yang lalu. "Kami tidak melakukan perampingan di sini, dan kami benar-benar berinvestasi untuk masa depan."

Sembari membuka pasarnya, China juga berkontribusi pada pergeseran hijau global dengan menyediakan produk energi baru yang berkualitas tinggi dan hemat biaya, termasuk kendaraan listrik, baterai lithium, dan produk fotovoltaik.

"Kami bersedia untuk berbagi teknologi kami dengan negara-negara lain di seluruh dunia karena mengatasi perubahan iklim dan mempromosikan keberlanjutan sangat penting bagi kita semua," kata Robin Zeng, pendiri sekaligus chairman produsen baterai terkemuka di China, Contemporary Amperex Technology Co., Ltd.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024