Jakarta (ANTARA) -
Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya terkenal dengan kawasan Malioboro atau Keraton Yogyakarta saja. Sedikit bergeser ke wilayah Barat Daya DIY, ada sebuah kabupaten yang meningkatkan daya tarik wisatanya dengan memperkenalkan ragam aktivitas desa wisata yaitu Kabupaten Kulon Progo.

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo Joko Mursito menyebut, Kulon Progo sedang meningkatkan setiap desa wisatanya menjadi lebih premium untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Dengan mengembangkan beberapa elemen desa wisata seperti homestay, kegiatan live in atau aktivitas hidup berbaur dengan masyarakat setempat, menjadi konsep yang sedang ditingkatkan di Kulon Progo.

“Kulon Progo itu sudah menetapkan pembangunan pariwisatanya berbasis pemberdayaan masyarakat, buktinya Kulon Progo 4 tahun berturut-turut masuk ADWI (Anugerah Desa Wisata Indonesia) itu hanya di Kulon Progo dari se-Indonesia, itu bukti bahwa penggunaan kami di desa-desa wisata berhasil,” kata Joko saat ditemui media di Bendung Kamijoro, Kulon Progo, pada Sabtu (22/6).

Baca juga: Pemkab Kulon Progo kembangkan konservasi air pada tiga kecamatan

Salah satu yang juga membuat Kulon Progo meningkatkan standar wisatanya adalah karena hadirnya bandara Yogyakarta International Airport, seperti pembangunan rumah sakit bertaraf internasional dan bekerja sama dengan pengembang hotel untuk membangun properti di wilayah tersebut.

Hotel bertaraf internasional juga membuat homestay yang dikelola warga setempat menjadi harus lebih menaikkan standar dari segi pelayanan dan produk yang dipakai menjadi lebih premium. Pelatihan dan pendampingan pun terus dilakukan baik dari Dinas Pariwisata dan Kelurahan setempat bekerja sama dengan hotel sekitarnya agar mematangkan bagaimana menjamu pengunjung dengan pelayanan terbaik a la hotel.

Baca juga: AP I gelar Ocean Wonderland-InJourney di zona keberangkatan YIA

“Pelatihan sudah berjalan dari 2021 sampai 2024 sudah menjalankan program yang namanya Lomba Gelar Potensi Desa Wisata Menebar Pesona, salah satu yang dinilai dalam desa wisata itu adalah homestay jadi juri datang mereka menginap, saya bikin standar sendiri karena kami harus tahu bagaimana dia melayani selama 24 jam,” kata Joko.
 
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo Joko Mursito saat ditemui media di Bendung Kamijoro, Kulon Progo, Sabtu (22/6/2024). ANTARA/Fitra Ashari/am.

Baca juga: Menguji adrenalin dengan packrafting Kali Papah Kulon Progo

Paket wisata yang ditawarkan ke pelancong juga berupa eksplorasi kekhasan setiap desa yang ada di Kulon Progo, seperti wisata alam atau adventure, wellness tourism, dan tema budaya seperti konservasi dengan total 26 desa wisata. Joko menerapkan aturan bahwa setiap desa wisata harus menetapkan tema masing-masing agar penyebaran pelancong bisa merata dan memiliki banyak pilihan aktivitas wisata.

Seperti salah satunya aktivitas wisata konservasi burung di Jatimulyo yang ternyata memikat para turis asing, sehingga mereka menginap di homestay warga setempat untuk melakukan bird watching. Ada pula wisata edukasi Rumah Sandi di Tinalah, wisata alam Ngargosari atau Widosari dengan pemandangan gunung api purba, dan ada pula aktivitas outbound di Argo Tirto.

Baca juga: Diskop-UKM Kulon Progo kurasi produk pertanian supaya naik kelas

“Yang sudah dapat ADWI ada 4 di Tinalah wisata edukasi, Ngargosari atau Widosari itu alam gunung api purba, Hargotirto homestay outbound activity, tahun ini Jatimulyo dengan konservasi,” katanya.

Ke depannya Joko ingin Kulon Progo menyukseskan pariwisata berkelanjutan yang berfokus pada isu lingkungan seperti adanya pengelolaan sampah, dan pengumpulan sampah plastik dari masyarakat jika ada kegiatan budaya. Hal ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan Kulon Progo dan bisa menarik wisatawan mulai dari domestik hingga mancanegara.

Baca juga: Kicauan burung di Perbukitan Menoreh Jatimulyo di Kulon Progo

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024