Pertumbuhan simpanan nasabah yang bernilai antara Rp100 juta hingga Rp200 juta hanya mencapai 2,96 persen pada April 2024, jauh di bawah rata-rata pertumbuhan simpanan nasabah dari semua kelas yang mencapai 7,58 persen
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abdul Manap Pulungan menyatakan bahwa pemerintah perlu memberikan insentif untuk meningkatkan nilai simpanan nasabah kelas menengah ke bawah.

“Nasabah kelas menengah ke bawah yang (nilai simpanannya) satu miliar ke bawah gitu ya, nah ini yang tidak dirawat, padahal ini yang menjadi penopang ekonomi Indonesia dari sisi konsumsinya,” kata Abdul Manap Pulungan di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan bahwa pertumbuhan nilai simpanan nasabah kelas menengah ke bawah terus menurun sejak Januari hingga April 2024.

Baca juga: Indef usul pemerintahan baru perbaiki daya beli di 100 hari pertama

Pertumbuhan simpanan nasabah yang bernilai antara Rp100 juta hingga Rp200 juta hanya mencapai 2,96 persen pada April 2024, jauh di bawah rata-rata pertumbuhan simpanan nasabah dari semua kelas yang mencapai 7,58 persen pada bulan tersebut.

Bahkan angka tersebut juga lebih rendah daripada pertumbuhan nilai simpanan nasabah kelas bawah, yakni yang bernilai di bawah Rp100 juta, yang mencapai 4,77 persen pada April 2024.

“Pertumbuhan kelas bawah memang masih tumbuh 4,77 persen karena ada BLT (bantuan langsung tunai),” ucap Abdul.

Selain itu, lanjutnya, pertumbuhan simpanan nasabah kelas menengah atas yang bernilai antara Rp2 miliar hingga Rp5 miliar serta nasabah kelas atas yang bernilai melebihi Rp5 miliar juga tercatat naik pada April 2024 dibanding bulan sebelumnya.

Pada bulan tersebut, kedua kelas nasabah mencatatkan pertumbuhan nilai simpanan masing-masing sebesar 6,37 persen dan 10,2 persen.

Baca juga: Pengamat INDEF : Kelas menengah anggap beli mobil bukan prioritas

Menurutnya, hal tersebut dikarenakan masyarakat kelas atas tersebut juga menikmati berbagai insentif, salah satunya insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah (DTP).

“Nah kelas menengah ini tidak dikasih apa-apa nih, makanya pertumbuhan tabungan mereka itu hanya 2,96 persen,” ujar Abdul.

Padahal, menurutnya, masyarakat kelas menengah merupakan kelompok yang rentan turun kelas ketika terjadi guncangan ekonomi, terutama dari kenaikan harga bahan pokok.

Jika hal tersebut terjadi, ia mengatakan bahwa konsumsi kelas menengah bisa jadi menurun dan tidak dapat lagi berkontribusi untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kalau mereka tidak konsumsi, berarti tidak akan tumbuh ekonominya,” imbuh Abdul.

Baca juga: INDEF: Tingkatkan pendapatan masyarakat untuk atasi pembiayaan rumah

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024