"Sekitar 93,4 persen sumbernya dari laut," kata Wahyu dalam lokakarya bertajuk Blue Citizenship yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Baca juga: BMKG paparkan penyebab kenaikan suhu signifikan di Jakarta
Pendekatan mitigasi yang dilakukan adalah energi terbarukan kelautan. Ketergantungan bahan bakar fosil memberikan kontribusi yang signifikan dan parah terhadap degradasi lingkungan dampak perubahan iklim terhadap sistem iklim.
Polusi laut harus dikurangi karena hal ini terkait dengan berbagai krisis yang terjadi di planet Bumi, seperti perubahan iklim dan hilangnya keanekaragaman hayati.
Polusi laut merupakan salah satu ancaman terbesar terhadap lingkungan laut, ekosistem, dan jasa yang menjadi sandaran manusia dalam pengaturan iklim, pangan, perlindungan pantai, lapangan kerja, rekreasi, serta kesejahteraan budaya dan fisik.
"Polusi laut adalah ancaman terbesar ke lingkungan laut," kata Wahyu.
Baca juga: Kemenkes imbau perbanyak minum air putih untuk menghadapi cuaca panas
Baca juga: Studi tunjukkan pemanasan global capai 1,43 derajat Celcius pada 2023
Lalu, penghapusan karbon dioksida laut. Untuk mencapai target iklim yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris, maka emisi negatif teknologi yang menghilangkan karbon dioksida di atmosfer akan dibutuhkan dalam skala gigaton pada tahun 2050.
"Ini adalah target-target mitigasi yang harus kita lakukan. Ini semata-semata bukan hanya dari sains di bidang kelautan, harusnya dilakukan oleh semua orang di segala ilmu," pungkas Wahyu.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024