Kabupaten Tana Tidung dipilih peluncuran program mangrove untuk ketahanan pesisir karena merupakan lokasi pertama ketika Presiden mendeklarasikan rehabilitasi mangrove
Tana Tidung, Kaltara (ANTARA) - Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) bekerja sama dengan Bank Dunia mengadakan program rehabilitasi mangrove, yang selain berdampak positif pada kelestarian lingkungan juga mampu meningkatkan produktivitas tambak masyarakat.

“Sejak pemerintahan Presiden Jokowi, mulai ada skema perhutanan sosial, tuntutannya bagaimana masyarakat bisa hidup lebih sejahtera. Oleh karena itu, kita datang untuk merehabilitasi mangrove dan memfasilitasi silvofishery (pola tanam tumpang sari tambak), jadi kawasan hutan bisa dimanfaatkan untuk perikanan yang hasilnya lebih bagus, berkualitas tinggi,” kata Kepala BRGM Hartono saat meluncurkan program mangrove untuk ketahanan pesisir (M4CR) di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara, Senin.

Ia menjelaskan Kabupaten Tana Tidung dipilih peluncuran program mangrove untuk ketahanan pesisir karena merupakan lokasi pertama ketika Presiden mendeklarasikan rehabilitasi mangrove. Selain itu, Kalimantan Utara juga memiliki areal tambak ditinggalkan atau tidak produktif paling luas di Indonesia.

“Kawasan hutan yang dibuka untuk tambak biasanya statusnya ilegal. Sejak awal pemerintahan Jokowi, itu melakukan pendekatan kesejahteraan untuk memperbaiki dan merehabilitasi mangrove. Untuk itu, tambak-tambak ini tidak kita kosongkan untuk ditanami, tetapi kita ajak pemilik tambak di kawasan hutan untuk memulihkan kembali kawasan hutannya,” ujar dia.

Ia juga menyebutkan potensi mangrove di Kaltara sangat besar, karena luas lahan yang mencapai 204 ribu hektar, di mana 140 ribu hektar yang dulunya merupakan ekosistem mangrove sudah beralih fungsi, salah satunya menjadi tambak.

Baca juga: Pemprov Kaltara bersama BRGM dan Bank Dunia tanam mangrove 334 hektare
Baca juga: BRGM luncurkan program mangrove untuk ketahanan pesisir di Kaltara


“Prioritas kita yang pertama itu yang statusnya masih kawasan hutan kita pulihkan sambil memperbaiki praktik silvofishery, karena udang dan kepiting yang berasal dari ekosistem mangrove alami itu berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terbukti rasanya lebih enak,” tuturnya.

Sementara itu, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang merasa bangga karena wilayahnya dipilih menjadi pionir program M4CR, dan berharap program tersebut dapat memberdayakan serta menyejahterakan masyarakat di Kaltara.

“Hari ini adalah hari pertama dilakukan penanaman mangrove untuk program M4CR se-Indonesia. Kami bersyukur Kaltara ditunjuk sebagai pionir dalam penanaman mangrove, dan untuk di sini, dilaksanakan oleh Kelompok Tani Hutan (KTH) Pemuda Tani yang ada di sini, yang mengelola luas lahan kurang lebih 344 hektar,” ucapnya.

Zainal berharap, bantuan yang diberikan dari Bank Dunia untuk rehabilitasi mangrove di Kaltara dapat meningkatkan produktivitas tambak yang dikelola oleh masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan mereka.

“Harapannya, hasil tambak ini lebih meningkat, karena berdasarkan hasil penelitian, kalau di tambak itu tumbuh mangrove, hasilnya akan lebih baik dari yang tidak tumbuh mangrove, karena mangrove merupakan tempat plankton, ikan, dan kepiting bertelur. Semoga bisa meningkatkan kuantitas maupun kualitas habitat yang ada di tambak ini,” tuturnya.

BRGM menargetkan 31.380 hektar lahan mangrove bisa direhabilitasi melalui M4CR pada empat kabupaten dan 35 desa di Kalimantan Utara. Sedangkan untuk di seluruh Indonesia, BRGM menargetkan 75.000 lahan mangrove dapat direhabilitasi melalui M4CR di empat provinsi prioritas, yakni Kaltara, Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur.

Baca juga: BRGM kenalkan pengelolaan gambut pada pemuda lewat ekspedisi
Baca juga: BRGM lakukan restorasi gambut seluas 1,8 juta hektare pada 2016-2023

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024