Jakarta (ANTARA) - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin mengapresiasi kerja sama antara Tokushukai Medical Group dan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) dalam pembangunan pusat kardiovaskular di Indonesia.
Wapres menerima audiensi jajaran pimpinan perusahaan asal Jepang tersebut dan juga PT OS Selnajaya Indonesia di kediaman resminya di Jakarta, Senin.
"Saya atas nama Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi atas hibah Tokushukai untuk pengembangan Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita," kata Wapres melalui keterangan resmi dari Biro Pers Sekretariat Wapres.
Lebih lanjut, Wapres menyampaikan bahwa proyek tersebut sejalan dengan upaya pemerintah dalam membangun pelayanan kesehatan yang semakin baik.
"Kita harapkan ini dapat menjadi tempat untuk transfer teknologi sehingga kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh Jepang di bidang kesehatan bisa dipelajari oleh para tenaga medis Indonesia," ucap Wapres.
Selain itu, Wapres juga meminta kerja sama pembangunan pusat kardiovaskular tersebut menjadi sarana pengembangan riset dalam bidang kesehatan, khususnya untuk menangani penyakit jantung.
Bahkan, para dokter dari seluruh daerah dapat belajar di tempat tersebut dan kemudian mempraktikkan ilmunya di daerah masing-masing.
"Mudah-mudahan ini dapat menjadi pusat riset kita tentang penyakit jantung," kata Wapres.
Wapres pun mengharapkan ke depan para pasien penyakit jantung di tanah air tidak harus berobat ke luar negeri karena di Indonesia pun telah memiliki fasilitas yang baik.
"Jadi, memang pasien jantung itu banyak sekali, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Thailand bahkan ke Eropa. Andaikata di sini ada fasilitas bagus, saya kira pasien kita tidak harus ke luar negeri," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Chairman Tokushukai Medical Group Higashiue Shinichi mengharapkan agar pusat kardiovaskular hasil kerja sama Tokushukai dengan RS Harapan Kita dapat menjadi pusat kardiovaskular nomor satu di Asia.
"Proyek ini telah didiskusikan oleh para pimpinan dan dokter Tokushukai di Jepang dan telah dianggap sebagai program prioritas karena bagi Tokushukai, proyek ini juga memiliki potensi yang cukup besar," ujarnya.
Salah satunya, menurut Shinichi, kasus penyakit jantung di Jepang tidak sebanyak di Indonesia sehingga pembangunan pusat kardiovaskular tersebut dapat menjadi tempat para dokter Jepang untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuannya dengan banyak menangani kasus di Indonesia.
"Tokushukai selalu mengikuti kebijakan dari pendirinya, yakni Torao Tokuda bahwa masalah penanganan medis tidak boleh dibatasi oleh negara. Jadi, setiap manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan penanganan medis sehingga apabila ada permintaan, para dokter dari Tokushukai siap berkontribusi di mana pun, termasuk di Indonesia," kata Shinichi.
Shinichi pun memastikan bahwa Tokushukai tidak memikirkan keuntungan materi dari proyek pembangunan pusat kardiovaskular itu. Menurut dia, Tokushukai hanya menginginkan bagaimana agar dapat memberikan pelayanan medis kepada sebanyak mungkin orang.
“Kebijakan kami bersifat sosial untuk melayani masyarakat," ujar Shinichi.
Tidak hanya di Indonesia, sebut Shinichi, Tokushukai juga melakukan kerja sama dengan berbagai negara, khususnya di Afrika.
"Tokushukai juga menghibahkan banyak alat kesehatan, seperti alat cuci darah di Afrika," ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan kepada Wapres bahwa kerja sama antara Tokushukai dengan RS Harapan Kita telah terjalin cukup lama.
"Founder Tokushukai yang bernama Torao Tokuda memang cita-citanya mau membangun RS Jantung di Indonesia. Jadi, kerja sama dengan RS Harapan Kita sudah lama. Salah satunya, dokter kita belajar di sana supaya bisa meningkatkan kualitas pelayanan medisnya," kata Budi.
Budi menyampaikan dalam proyek tersebut, Tokushukai akan memberikan hibah sebesar 10 miliar Yen atau sekitar Rp1 triliun untuk membangun gedung pusat kardiovaskular beserta fasilitasnya di RS Harapan Kita.
"Kita berusaha melakukan kerja sama dengan Kementerian PUPR dan Kementerian Keuangan agar bisa groundbreaking-nya pada September 2024," ujarnya.
Terakhir, Budi menyampaikan bahwa kerja sama pembangunan Pusat Kardiovaskular di Indonesia sangat esensial karena penyakit jantung menjadi pembunuh terbesar nomor dua di Indonesia dengan kasus 250 ribu per tahun.
Untuk itu, dengan hadirnya program itu diharapkan dapat meningkatkan penanganan terhadap pasien penyakit jantung dan mengurangi risiko kematiannya.
"Jepang itu kan dokternya memiliki kualitas tinggi, mereka kalau melaksanakan prosedur penanganan medis rapih sekali. Jadi, itu salah satu yang kita bisa tularkan kepada para dokter di Indonesia sehingga standardnya bisa naik," ucap Budi.
Baca juga: Dokter ungkap kriteria penderita penyakit jantung memerlukan ring
Baca juga: Dokter tekankan gaya hidup sehat cegah penyakit jantung koroner
Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024