Target China untuk mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan mewujudkan netralitas karbon pada 2060 menekankan peran krusial ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Beijing (ANTARA) - Di tengah topan yang dahsyat dan gelombang yang bergejolak, turbin angin berkapasitas 12 megawatt beroperasi dengan stabil, memanfaatkan kekuatan alam untuk menghasilkan energi ramah lingkungan.
Pemandangan mengesankan itu teramati melalui layar-layar yang ada di laboratorium milik Mingyang Smart Energy Group C., Ltd, ketika para peneliti melakukan simulasi pengoperasian turbin angin saat topan terjadi. Mingyang Smart Energy merupakan perusahaan energi baru yang berkantor pusat di Kota Zhongshan, Provinsi Guangdong, China selatan.
Topan kerap melanda kawasan pesisir bagian tenggara China, sehingga memberikan tantangan signifikan bagi fasilitas-fasilitas pembangkit listrik tenaga angin untuk menghindari kerusakan sekaligus menghasilkan lebih banyak daya listrik selama badai terjadi.
"Di bidang energi baru, menciptakan pembangkit listrik tenaga angin yang tahan terhadap topan serupa dengan tantangan 'pendaratan di Bulan' yang harus mengatasi hambatan teknis yang sangat sulit," kata Zhang Chuanwei, Chairman Mingyang Smart Energy.
Dengan memanfaatkan data operasional ekstensif di zona-zona topan, tim penelitian dan pengembangan di perusahaan tersebut melakukan analisis terperinci mengenai kecepatan, arah, dan turbulensi angin.
"Wawasan ini telah diintegrasikan ke dalam desain turbin kami, memastikan turbin-turbin kami tahan terhadap topan sekaligus memaksimalkan produksi energi," papar Zhang.
Hingga 2023, lebih dari 2.000 turbin angin pintar yang diproduksi oleh perusahaan tersebut telah dipasang di daerah-daerah yang rawan topan di China. Ketika topan super Saola melanda Provinsi Guangdong tahun lalu, turbin angin lepas pantai yang dikembangkan secara mandiri oleh perusahaan tersebut di Kota Zhuhai mampu bertahan dari terjangan angin yang melebihi magnitudo 17, dan dapat terus beroperasi tanpa gangguan.
Selain topan, Mingyang Smart Energy juga memelopori solusi inovatif untuk memanfaatkan energi angin dalam kondisi ekstrem. Solusi tersebut mencakup bilah-bilah kipas tersegmentasi untuk Provinsi Guizhou yang bergunung-gunung, serta model-model khusus yang tahan terhadap badai pasir di Daerah Otonom Mongolia Dalam.
Target China untuk mencapai puncak emisi karbon pada 2030 dan mewujudkan netralitas karbon pada 2060 menekankan peran krusial ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Perusahaan-perusahaan seperti Mingyang Smart Energy memberikan contoh upaya tersebut dengan memanfaatkan teknologi canggih untuk mendorong inisiatif energi ramah lingkungan.
Di wilayah Fuyuan di Provinsi Yunnan, China barat daya, digitalisasi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) telah merevolusi pengoperasian pembangkit listrik tenaga angin.
Sistem kontrol yang canggih, yang terintegrasi dengan simulasi 3 dimensi (3D) dan analisis data secara real time, memungkinkan pemantauan jarak jauh dan pemeliharaan proaktif untuk 135 turbin angin milik Yunnan International Power Investment Co., Ltd.
"Dulu, inspeksi langsung ke lokasi harus dilakukan, tetapi sekarang, sistem otomatis mengeluarkan peringatan tentang potensi masalah," kata Peng Yiheng, seorang staf di perusahaan itu. Dia juga menyoroti dampak transformatif dari sistem-sistem cerdas pada pengelolaan energi angin.
Menurut data yang dirilis oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China, selama satu dekade terakhir, konsumsi energi China per unit dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan emisi karbon dioksidanya masing-masing menurun 26,2 persen dan 34,4 persen. Kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga angin, tenaga fotovoltaik, dan tenaga air di China semuanya menempati peringkat pertama di dunia, yang disebut menandakan kemajuan bersejarah dalam pembangunan ramah lingkungan, rendah karbon, dan berkualitas tinggi.
Berdasarkan langkah-langkah yang luar biasa dalam mengurangi intensitas energi, pemerintah China terus menerapkan berbagai upaya baru untuk mendorong industri-industri dalam melaksanakan transisi ramah lingkungan dan rendah karbon. Para pakar memperkirakan hal itu akan memicu revolusi iptek yang ditandai dengan dekarbonisasi dan mendorong serangkaian inovasi iptek utama.
Zhang Yongsheng, Kepala Institut Penelitian Peradaban Lingkungan Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan bahwa dengan terobosan dalam teknologi mahadata (big data) dan AI, China akan sepenuhnya memanfaatkan potensi besarnya untuk pembangunan hijau serta terus menciptakan keajaiban dalam pertumbuhan ramah lingkungan.
"China merupakan kekuatan penting dalam mendorong energi terbarukan," tutur Zhang Jian, Wakil Presiden di Institut Perubahan Iklim dan Pembangunan Berkelanjutan di Universitas Tsinghua.
"Dengan keunggulan teknologi, biaya, dan skala yang dimilikinya, China berada pada posisi yang tepat untuk memimpin upaya-upaya melawan perubahan iklim dan mendorong transformasi energi di masa mendatang," kata Zhang.
Pewarta: Xinhua
Editor: Indra Arief Pribadi
Copyright © ANTARA 2024