Inovasi-inovasi tersebut membuka sumbat botol problem pelaksanaan jamaah haji
Jakarta (ANTARA) - Gema Mathla'ul Anwar menyebut bahwa inisiatif Kementerian Agama yang menyediakan layanan murur Muzdalifah pada malam 10 Dzulhijah atau setelah wukuf di Arafah untuk jamaah haji lanjut usia dan sakit adalah sesuatu yang inovatif.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Gema Mathla'ul Anwar (DPP GEMA MA), Ahmad Nawawi dalam keterangan yang diterima di Jakarta Minggu, menyebutkan bahwa murur secara bahasa bermakna melintas.

Ahmad menyebutkan bahwa dengan inovasi tersebut jamaah haji yang memiliki kendala kesehatan dan lansia cukup melintas di Muzdalifah dengan bis tanpa perlu turun untuk menginap.

"Inovasi-inovasi tersebut membuka sumbat botol problem pelaksanaan jamaah haji," kata Nawawi.

Menurutnya, selama ini titik kritis yang menjadi⁸ hambatan dalam penyelenggaraan haji adalah saat pergerakan Armuzna, atau Arafah, Muzdalifah, dan Mina pada 9-13 Dzulhijjah.

Dia menjelaskan, saat Armuzna, banyak jamaah lanjut usia mengalami serangan panas, terpisah dari rombongan, maupun kelelahan hebat.

Menurutnya, Kementerian Agama Republik Indonesia juga memberi pilihan para jamaah yang sehat untuk menginap di hotel-hotel yang berada di wilayah Mina. Dengan demikian, ujarnya, tersedia lebih banyak tenda-tenda di Mina bagi jamaah yang berisiko tinggi.

Selain itu, katanya, Kemenag juga menyediakan layanan di mana petugas atau jamaah yang sehat untuk mewakili pelontaran jumrah bagi jamaah lansia dan jamaah berisiko tinggi.

Dia menilai, penyelenggaraan haji tahun ini menjadi istimewa karena Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mencanangkan konsep sebagai haji ramah lansia. Menurutnya, konsep tersebut lahir karena pelaksanaan haji tahun lalu didominasi oleh jamaah lanjut usia karena penundaan ibadah haji saat COVID-19.

Selain itu, konsep tersebut terus diperbaiki karena memang masa tunggu ibadah haji di Indonesia yang melampaui 16-38 tahun.

"Secara alami jamaah haji Indonesia yang berhaji di atas 50 tahun jika mereka mendaftar di usia 30-40 tahun," kata Nawawi.

Dia juga mengapresiasi konsep istitha'ah kesehatan pada pelaksanaan haji tahun ini, di mana hanya lansia yang secara medis mampu melaksanakan haji saja yang layak berangkat ke tanah suci. Dengan konsep tersebut, dia melanjutkan, jamaah lansia yang berangkat umumnya secara fisik sehat untuk menjalani rangkaian rukun dan wajib haji yang padat di tengah cuaca gurun pasir yang panas.

Menurut Nawawi, Kementerian Agama dapat mempertahankan konsep yang telah terbukti baik di tahun mendatang dan memperbaiki hal-hal yang masih kurang.

Selain itu, katanya, Kemenag dapat meningkatkan koordinasi dengan tentara dan polisi Arab Saudi untuk dapat bersinergi membantu jamaah, seperti untuk penjagaan bersama atau pos kesehatan bersama di titik-titik kritis yang menjadi tempat jamaah terpisah dari rombongan atau jamaah kelelahan.

Dia optimistis bahwa penguatan sinergi antara Kemenag dan Pemerintah Arab Saudi semakin lebar karena kekuatan lobi Menteri Agama yang terbukti memiliki posisi tawar yang tinggi, dan akan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang.

"Tahun ini Indonesia diberi tambahan kuota jumlah petugas haji 500 orang untuk penguatan petugas haji reguler. Itu berkat kekuatan lobi yang luar biasa," kata Nawawi.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024