Peristiwa terbakarnya TPA Suwung seluas 32,4 hektare pada tahun lalu itu berdampak pada kesehatan masyarakat hingga mengancam sektor pariwisata dan perhubungan
Denpasar (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto dalam rapat koordinasi dengan jajaran Forkopimda Bali meminta agar mengantisipasi kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah terulang kembali.

Suharyanto dalam keterangan yang diterima di Denpasar, Sabtu, menyampaikan ini guna memitigasi dampak musim kemarau yang dimulai Juni dan Bali salah satu yang pernah mengalami kebakaran besar yaitu di TPA Suwung.

“Peristiwa terbakarnya TPA Suwung seluas 32,4 hektare pada tahun lalu itu berdampak pada kesehatan masyarakat hingga mengancam sektor pariwisata dan perhubungan,” kata Suhariyanto.

“Di samping itu jika tidak ditangani dengan segera, maka kebakaran TPA Suwung dikhawatirkan semakin berdampak besar pada multisektor,” ucapnya.

Baca juga: Belasan mobil damkar dikerahkan padamkan kebakaran TPA Suwung-Denpasar

Selain kebakaran hutan dan lahan (karhutla), lanjutnya, musim kemarau tahun lalu membakar 16 TPA di seluruh Indonesia, dengan yang terbesar di TPA Sarimukti Bandung Barat dan TPA Suwung Bali.

Oleh sebab itu Suharyanto mengumpulkan Forkopimda Bali untuk menghimpun kekuatan agar peristiwa kebakaran TPA Suwung tidak terulang di tahun ini.

Dalam rapat koordinasi tersebut BNPB mewanti-wanti perihal terbatasnya armada helikopter untuk penyemprotan air dari udara.

Indonesia  membutuhkan 30 helikopter setiap tahunnya untuk memadamkan api dari udara di enam wilayah prioritas yakni Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Helikopter itu diperoleh dari luar negeri.

Untuk itu Suhariyanto tak ingin anggaran pemerintah dihabiskan untuk peristiwa yang dapat dicegah atau dikurangi dampaknya.

Baca juga: Kebakaran di TPA sampah menimbulkan pelepasan zat beracun

“Karena unit armada kami datangkan dari luar negeri, ada regulasi yang telah mengatur bahwa ini tidak bisa sembarangan terbang ke seluruh wilayah, begitu kami mau geser ke daerah lain itu susah karena aturan itu,” ujarnya.

“Jadi waktu mau menggeser ke Bali ini sulit, tapi karena waktu itu Bali sudah kritis maka helikopter yang selesai melaksanakan misi water bombing di Gunung Lawu saya minta geser ke sini,” ucapnya.

Untuk tahun ini meski sudah meminta Forkopimda Bali melakukan antisipasi, BNPB tetap memberi opsi jika kebakaran TPA kembali terjadi maka ada langkah alternatif Teknik Modifikasi Cuaca (TMC).

“Ada namanya TMC, kesuksesan penyelenggaraan semua acara internasional di Bali itu ada kita di balik layarnya,” ucap Suhariyanto.

Baca juga: Indonesia tabur 6 ton garam kendalikan cuaca saat WFF ke-10 di Bali

Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024