Haikou (ANTARA) - Huang Cheng sedang melakukan patroli seperti yang biasa dilakukannya saat dia menemukan seekor penyu berjalan di pantai beserta sarangnya. Huang sangat gembira dengan penemuan itu sehingga dia merekam video dan mengirimkannya kepada ayahnya.

"Lihat, Ayah! Induk penyu pertama tahun ini telah mendarat di Pulau Beidao dan bertelur," katanya.

Huang adalah direktur komite warga di kompleks perumahan Beidao di Kota Sansha, Provinsi Hainan, China selatan. Ayahnya, Huang Hongbo, telah melakukan upaya perlindungan penyu selama lebih dari lima dekade. Saat berusia 15 tahun, Huang yang kini berusia 42 tahun mulai mengikuti jejak ayahnya dan membantu upaya perlindungan penyu di pulau tersebut.

"Mungkin ayah saya melepaskannya ke ombak saat dia masih bayi, dan kini dia kembali sebagai induk. Sekarang giliran saya untuk menyambutnya kembali ke rumah," ujarnya.

Faktanya, perjalanan hidup penyu penuh dengan bahaya.

Menurut Huang, dari setiap 1.000 bayi penyu yang berenang ke lautan, hanya satu yang akan berhasil mencapai usia dewasa. Meski telah menempuh jarak ribuan mil, penyu tetap kembali ke tempat kelahirannya atau tempat bertelur terakhirnya untuk berkembang biak, dengan mengandalkan medan magnet Bumi.

Foto yang diambil pada 29 September 2023 ini menunjukkan penyu yang baru menetas di Pulau Beidao, bagian dari Kepulauan Qilianyu di Kota Sansha, Provinsi Hainan, China selatan. (Xinhua/Fan Yuqing)

Data terbaru menunjukkan bahwa selama tujuh tahun terakhir, sebanyak 637 sarang penyu berisi telur telah ditemukan di Pulau Beidao, bagian dari Kepulauan Xisha, yang merupakan 37 persen dari total sarang penyu di Xisha.

Kepulauan Xisha merupakan habitat penting bagi penyu hijau. Di China, 90 persen populasi penyu berada di Laut China Selatan, dengan penyu hijau menyumbang lebih dari 80 persen dari total populasi. Beidao dianggap sebagai tempat bertelur penyu hijau terbesar di China.

Sejak tahun 1980-an, akibat ancaman perubahan iklim serta penangkapan ikan yang berlebihan, pembunuhan tanpa pandang bulu, perdagangan ilegal, eksploitasi berlebihan, pencemaran laut, dan faktor manusia lainnya dalam jangka panjang, populasi dan habitat penyu di dunia mengalami penurunan.

Semua jenis penyu dicantumkan dalam Lampiran 1 Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Tumbuhan dan Satwa Liar yang Terancam Punah (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora/CITES). Pada Februari 2021, versi yang telah direvisi dari daftar nasional satwa liar utama yang dilindungi di China mencantumkan lima spesies penyu di China sebagai satwa liar yang dilindungi kelas A.

Selama puluhan tahun, banyak penduduk setempat, seperti keluarga Huang, telah berupaya melindungi penyu.

Selain melakukan pemeliharaan harian fasilitas pulau dan pekerjaan layanan masyarakat, mereka perlu membantu aktivitas patroli di pulau dan terumbu karang, menanam pohon, membersihkan sampah laut, memberi makan penyu yang diselamatkan, dan berbagai tugas lainnya.

Zhang Ting adalah seorang peneliti penyu dari Hainan Normal University, yang memandang para nelayan di pulau itu sebagai "ahli lokal" terkait penyu.

"Saya mengikuti mereka setiap hari untuk mempelajari kebiasaan hidup penyu dan melihat penyu bertelur," katanya. Berbagai pengalaman yang dibagikan oleh para "ahli" tersebut telah memperkaya pengetahuannya tentang penyu.

Salah satu "ahli lokal" tersebut adalah Huang Hongbo. Zhang masih ingat bagaimana pria itu dengan hati-hati menyiapkan makanan setiap hari untuk memberi makan bayi penyu yang sedang sakit.

"Setiap hari, dia membawa air laut untuk memandikan penyu-penyu yang telah diselamatkan, mengganti air di kolam, dan memberi mereka obat," kenangnya.

Zhang membawa obat-obatan khusus ke pulau itu untuk pengobatan penyu. Dia juga mengajarkan kepada nelayan setempat cara menggunakan pendekatan ilmiah untuk menyelamatkan penyu yang terluka, pentingnya melindungi laut dan penyu, serta cara agar tidak melukai penyu saat menangkap ikan.

Huang Hongbo melihat foto keluarga di rumahnya di Kota Qionghai, Provinsi Hainan, China selatan, 19 September 2023. (Xinhua/Fan Yuqing)

Pada 2021, pusat perlindungan penyu Beidao didirikan. Tim peneliti ilmiah dari Universitas Xiamen, Universitas Sun Yat-sen, Hainan Normal University, dan Institut Penelitian Perikanan Laut China Selatan di bawah naungan Akademi Ilmu Perikanan China mendirikan laboratorium atau basis penelitian di Pulau Beidao, tempat para ahli melakukan penelitian mengenai status populasi penyu hijau, ekologi penyu, dan biologi konservasi.

"Dengan dukungan dan bantuan pemerintah setempat, kami melakukan penelitian di 11 pulau dan terumbu karang di Kepulauan Xisha," kata Zhang. "Kami melakukan survei secara komprehensif mengenai situasi kelangsungan hidup penyu dan mendapatkan banyak data dan sampel yang sangat berharga."

Selama beberapa tahun terakhir, Kota Sansha secara bertahap membangun sistem ilmiah untuk perlindungan penyu, serta merumuskan dan mengeluarkan beberapa rencana dan peraturan perlindungan. Pihak berwenang telah menerapkan mekanisme pemantauan dan perlindungan 24 jam untuk penyu yang datang ke pantai untuk bertelur.

Menurut data resmi, setelah upaya perlindungan dan restorasi ekologi selama bertahun-tahun, sebanyak 1.734 sarang dengan telur penyu hijau ditemukan di Kepulauan Xisha sejak 2017 hingga 2023.

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2024