Jakarta (ANTARA News) - Dalam satu tahun terakhir muka air Danau Aneuk Laot di Pulau Weh, Kotamadya Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengalami penurunan secara drastis dengan total kehilangan air 489,2 m3 per jam, akibat peristiwa gempa bumi yang melanda Aceh pada 26 Desember 2004.
"Hasil penelitian memperlihatkan kemungkinan dua tahun lagi danau Aneuk Laot akan kering atau hanya bisa bertahan 517 hari lagi," kata peneliti dari Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Agung Riyadi pada Seminar Nasional Limnologi tentang Pengelolaan Sumber Daya Perairan Darat secara Terpadu di Indonesia di Jakarta, Selasa (5/9).
Menurut dia, hal itu kemungkinan besar disebabkan karena terjadi pelebaran rekahan akibat gempa dan juga pengambilan air oleh PDAM setempat
Dari hasil pengukuran, ujarnya, dari kedalaman danau 29 meter, volume air danau mencapai 6.062.211 m3 dikurangi kebocoran yang mengalir sebagai sungai melalui rekahan 80 liter per detik dan pengambilan air PDAM 55,9 liter per detik membuat total kehilangan air 489,2 m3 per jam.
Tingkat keberadaan mata air, lanjut dia, semakin lama semakin berkurang karena sumbernya tertutup oleh sedimentasi ditambah lagi curah hujan yang sedikit semakin memperparah keadaan danau Aneuk Laot.
Survei Geolistrik menemukan patahan yang searah dengan patahan utama Pulau Weh yang berarah NW-SE (Barat Laut-Tenggara) yang merupakan patahan turun, berpotensi menjadi tempat keluarnya air danau.
Namun demikian kualitas air danau masih aman, pH bersifat basa 8-8,2, Dissolved Oxygen (DO) di permukaan 5 mg per liter sedangkan di bawah air 0,9 mg per liter.
Karena itu, urainya, diperlukan penanggulangan dengan segera seperti pengurangan tingkat sedimentasi, reboisasi, dan pengerukan danau dan melarang PDAM setempat mengambil secara langsung sumber air minum dengan memanfaatkan rekahan keluarnya air yang ada. (*)
Copyright © ANTARA 2006