"Saya merasa menang, dengan wajah yang tidak ganteng ini saya bisa main karakter apa saja, dari guru, penjahat, pengemis, sampai ustaz."
Jakarta (ANTARA News) - Aktor Teuku Rifnu Wikana dilatih oleh tukang refleksi demi mendalami peran sebagai tukang pijat di film terbaru besutan Lola Amaria bertajuk "Negeri Tanpa Telinga".
Untuk bisa berakting meyakinkan, pemeran utama film "Jokowi" itu belajar tentang titik-titik refleksi yang biasa dikuasai tukang pijat.
"Saya diajari tukang refleksi detil-detil titik refleksi, mana untuk jantung, liver, ginjal, dan sebagainya. Jari, tangan, kepala, kaki, semua harus benar," ungkap dia di Taman Ismail Marzuki, Senin.
Film "Negeri Tanpa Telinga" yang juga dibintangi Ray Sahetapy, Jenny Chang, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Kelly Tandiono, Maryam Suprana dan Gary Iskak itu berkisah tentang Naga, tukang pijit keliling berdarah Sunda yang memiliki pelanggan politikus, pengusaha dan jurnalis.
Dia kerap mendengar berbagai skandal dari mulut para pelanggannya. Konflik dimulai saat Naga membeberkan apa yang dia dengar kepada seorang jurnalis. Saat kisah itu diberitakan, Naga pun diteror. Dia pun meminta dokter THT untuk menghancurkan gendang telinganya.
Setelah bergelut dengan berbagai karakter, Teuku Rifnu mengaku karakter sebagai pria Sunda susah-susah gampang. Padahal, dia sudah pernah berakting sebagai pria dari berbagai macam latar belakang etnis, mulai dari Makasar, Jawa, hingga Bali yang dirasanya lebih mudah dibandingkan karakter yang akan dilakoninya saat ini.
Pria kelahiran Pematangsiantar itu ditantang untuk bertutur kata dalam logat Sunda halus.
"Saya harus jadi tukang urut Sunda halus Cianjuran, suara saya yang besar begini harus jadi lembut," ujarnya. Meskipun begitu, dia merasa senang karena dipercaya oleh para sineas untuk memainkan peran yang bervariasi sepanjang karir aktingnya.
Ia mengungkapkan hingga saat ini ia belum pernah memainkan karakter yang sama di tiap filmnya. "Saya merasa menang, dengan wajah yang tidak ganteng ini saya bisa main karakter apa saja, dari guru, penjahat, pengemis, sampai ustaz," jelasnya.
"Mungkin ini dikarenakan saya serius menjalani seni peran dan banyak mengasah ilmu di bidang lain seperti teater. Saya juga banyak membaca buku untuk mempelajari banyak karakter," lanjutnya. Yang terpenting menurut Rifnu, setiap peran harus dijalaninya sepenuh hati dengan upaya maksimal tanpa memikirkan iming-iming seperti penghargaan.(*)
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014