"Salah satu tantangan yang dihadapi adalah mahalnya UKT. Kondisi (tersebut) disebabkan mindset pelayanan pendidikan masih konvensional," kata Kepala Balitbang Diklat Kemenag RI Suyitno melalui keterangan di Jakarta, Jumat.
Di dunia yang serba digital seperti sekarang, kata Suyitno, layanan pendidikan untuk masyarakat tidak lagi harus menggunakan layanan tatap muka konvensional.
Untuk itu, sambungnya, konsep MOOC hadir guna mengatasi hal tersebut, karena konsep tersebut dapat dilaksanakan tanpa harus memikirkan ketersediaan ruang kuliah yang luas, sehingga kenaikan UKT dapat ditekan.
"Cost pendidikan akan mahal karena kita berbicara tentang infrastruktur yang berbasis pada perawatan atau pembangunan, sehingga pelatihan berbasis MOOC merupakan solusi yang tepat," ujarnya.
Suyitno menjelaskan MOOC berbeda dengan kuliah daring via zoom meeting, sebab metode ini sudah berbasis full e-learning.
Baca juga: Pakar usulkan penetapan standar biaya pendidikan dengan metode LABC
"Seluruh rangkaian MOOC telah digital, termasuk digitalisasi materi pembelajaran secara synchronous-asynchronous. Bicara siber, maka target mahasiswa dari berbagai belahan dunia," ungkapnya.
Oleh karena sifatnya yang dinamis, kata Suyitno, maka penyelenggaraan MOOC dinilai dapat menyesuaikan dengan kebutuhan institusi, bukan hanya kebutuhan satu atau dua dosen tertentu.
"Kita harus mulai melangkah untuk memenuhi kebutuhan riil organisasi, bukan berbasis pada kebutuhan individu. Mindset lama harus diubah, jangan terpaku pada pola lama," lanjutnya.
Suyitno menyebut konsep MOOC pada awalnya akan diimplementasikan di Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKN).
Baca juga: Anggota DPR ungkap penilaian penyebab biaya pendidikan RI mahal
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024