Fundamental ekonomi domestik masih positif, optimisme cadangan devisa Indonesia diproyeksikan masih meningkat

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin sore bergerak melemah sebesar 36 poin menjadi Rp12.217 dibanding sebelumnya Rp12.181 per dolar AS.

"Menjelang keputusan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang rencananya akan dirilis pada Kamis mendatang terkait kelanjutan kebijakan pemangkasan stimulus (tapering) mendorong mata uang negara berkembang cenderung terkoreksi," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Senin.

Ia mengemukakan bahwa sebagian anggota FOMC menginginkan tapering dilanjutkan seiring dengan indikasi pemulihan kesehatan ekonomi AS. Bulan Desember tahun lalu telah diputuskan pemangkasan stimulus sebesar 10 miliar dolar AS.

"Bila pemangkasan kembali dilakukan, kemungkinan aset mata uang berisiko bisa kembali tertekan, dolar AS dianggap sebagai salah satu aset aman," kata dia.

Selain itu, lanjut dia, tekanan mata uang domestik juga dipicu dari pelambatan aktivitas manufaktur China. Seperti diketahui, China merupakan mitra dagang utama.

Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova menambahkan, pergerakan rupiah masih berada dalam area negatif, saat ini fluktuasi nilai tukar domestik lebih dipengaruhi oleh sentimen negatif ketimbang kondisi fundamental domestik.

"Fundamental ekonomi domestik masih positif, optimisme cadangan devisa Indonesia diproyeksikan masih meningkat," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Senin ini (27/1), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp12.198 dibanding sebelumnya (24/12) di posisi Rp12.177 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014