Manila (ANTARA News) - China dan India diprediksi akan mendorong pertumbuhan ekonomi Asia menjadi sekitar 7,7 persen tahun ini meski harga minyak dunia yang terus tinggi.
Prediksi positif itu terdapat dalam publikasi tahunan Proyeksi Pembangunan Asia ADB, yang sebelumnya juga memperkirakan pertumbuhan Asia 7,2 dan 7,0 persen dalam edisi 6 April.
Pertumbuhan 7,7 persen tersebut akan didorong oleh performa yang kuat dari China dan India, karena ekonomi kedua raksasa Asia itu menyumbang 50 persen dari PDB regional Asia.
Ekonomi China, yang tumbuh 10,9 persen dalam semester I diharapkan tumbuh rata-rata 10,4 persen pada 2006 dan 9,5 persen pada 2007, lebih tinggi dari prediksi sebelumnya 9,5 dan 8,8 persen.
Prediksi pertumbuhan ekonomi India 2006 dinaikkan 0,2 persen menjadi 7,8 persen akibat pertumbuhan ekspor. Sementara pada 2007, prediksi angka yang sama akan kembali dicapai.
"Ekonomi negara Asia lainnya diprediksi akan tumbuh dengan rata-rata 5,5 persen pada 2006 dan 5,1 persen pada 2007," ungkap publikasi tersebut, seperti dilansir AFP.
Proyeksi 2007 terbaru itu didasarkan pada penilaian atas kondisi eksternal yang lebih kondusif dengan memperhitungkan likuiditas global yang lebih ketat, perlambatan pertumbuhan di negara-negara industri, dan tetap tingginya harga minyak dunia.
Meskipun demikian, publikasi itu juga mengingatkan ancaman terorisme yang terus muncul dalam waktu panjang dan perjalanan internasional yang kemungkinan akan terganggu. "Ini jelas akan menjadi faktor yang mengganggu, terutama bagi negara yang bergantung pada sektor pariwisata seperti Maladewa dan Thailand," ungkap publikasi itu.
Asia Timur juga disebutkan akan tumbuh dalam tempo yang relatif cepat dan akan mencapai 8,1 persen pada 2006, yang mencerminkan kuatnya investasi dan ekspor China dan mengangkat ekonomi Hong Kong.
Asia selatan diprediksi tumbuh 7,5 persen tahun ini setelah mencapau rata-rata 7,7 persen sejak 2002, yang melewati pencapaian Asia Tenggara dan hampir menyamai performa Asia Timur.
ADB sedikit menurunkan prediksi pertumbuhan Asia Tenggara pada 2006 dari 5,5 persen menjadi 5,4 persen. Hal itu dikarenakan ketidakpastian kondisi politik dan penundaan proyek-proyek infrastruktur besar di Thailand, perlambatan konsumsi domestik di Malaysia, perbaikan sektor pertanian di Filipina, dan membaiknya aktivitas farmasi dan elektronik di Singapura.
Asia Tengah dalam laporan tersebut diprediksi tumbuh 11,3 persen tahun ini, atau satu persen di atas rata-rata dalam lima tahun terakhir, yang didorong oleh pertumbuhan di negara pengekspor minyak Azerbaijan dan Kazakhstan serta aktivitas konstruksi yang kuat di Armenia.
ADB juga menyebutkan kenaikan harga minyak dunia akan mendorong pertumbuhan ekonomi di Papua Nugini menjadi 3,3 persen tahun ini.
Untuk inflasi rata-rata, ADB memperkirakan terjadi kenaikan menjadi 3,8 persen pada 2006 atau naik dari 3,4 persen pada 2005, meski tekanan inflasi sedikit melunak di beberapa negara dan adanya kenaikan ekspektasi inflasi di negara lainnya.
"Otoritas moneter terus mewaspadai dan cenderung menerapkan kebijakan yang lebih ketat. Kebijakan suku bunga agak meningkat di beberapa negara," demikian ADB dalam publikasi mereka. (*)
Copyright © ANTARA 2006