Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertahanan sekaligus presiden terpilih Prabowo Subianto saat menghadiri pertemuan International Institute for Strategic Studies (IISS) Shangri-La Dialogue Ke-21 di Singapura, Sabtu (1/6) menyampaikan bahwa Indonesia siap mengirim pasukan penjaga perdamaian untuk memberikan perlindungan dan keamanan kepada semua pihak.
Ini menjadi pernyataan resmi pertama Prabowo yang menyatakan kesiapan TNI dalam mengirimkan pasukan perdamaian ke wilayah Gaza.
Hal itu juga sekaligus menjadi komitmen Indonesia dalam menyudahi konflik dan mendukung kemerdekaan Palestina.
Semangat Indonesia mendukung hal tersebut bukanlah tanpa alasan. Semua itu terjadi lantaran Indonesia dan Palestina memiliki sejarah hubungan baik yang panjang.
Harmonisasi kedua negara itu dimulai ketika Palestina menjadi salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Sejak saat itu, hubungan bilateral antar kedua negara terjalin baik.
Latar belakang tersebut rasanya sudah cukup menggambarkan kedekatan hubungan Indonesia dengan Palestina.
Maka dari itu, tidak heran jika Indonesia juga menjadi salah satu negara yang "kencang" menyuarakan dukungan atas kemerdekaan Palestina di masa konflik dengan Israel.
Pengiriman pasukan perdamaian menjadi salah satu upaya yang dilakukan untuk meredam konflik, tentu pendekatan politik luar negeri tetap menjadi pilihan utama yang dilakukan pemerintah.
Pernyataan Prabowo itu pun langsung disambut oleh Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dengan mempersiapkan pasukan berikut alat utama sistem senjata (alutsista)-nya.
Hanya saja, pasukan tersebut hanya bisa diterjunkan jika TNI telah mendapatkan mandat dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Persiapan
Momen ketika Prabowo mengucapkan komitmen mengirim pasukan perdamaian, Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto langsung menyiapkan pasukan dan alutsista pendukung untuk menjalankan misi perdamaian.
Markas Besar TNI telah menyiapkan 1.394 personel TNI untuk menjalankan misi perdamaian di Gaza.
Personel tersebut tergabung dalam brigadir komposit, yang terdiri dari Batalyon Support, Batalyon Kesehatan, Batalyon Zeni, dan Batalyon Perbekalan.
Fokus utama empat batalyon ini melayani warga Palestina yang menjadi korban perang, dengan masing-masing batalyon memiliki peran khusus.
Batalyon Zeni akan berfokus ke pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum untuk menunjang kebutuhan di Gaza. Selanjutnya, Batalyon Perbekalan untuk memenuhi kebutuhan logistik korban, seperti membuat dapur umum dan sebagainya.
Setelah itu, ada Batalyon Kesehatan yang bertugas untuk menangani warga yang mengalami luka atau terserang penyakit. Terakhir ada Batalyon Support yang bertugas melakukan pengamanan bagi para personel yang bertugas di Gaza.
Selain ribuan personel, beberapa kendaraan perang juga telah disediakan oleh TNI untuk memenuhi kebutuhan medis korban perang di Gaza.
Dari TNI AL menyiapkan dua KRI yang disulap menjadi rumah sakit apung. Dua KRI itu adalah KRI dr Rajiman Wedyoningrat-992 dan KRI dr Wahidin Sudirohusodo-991.
Untuk KRI dr Rajiman Wedyoningrat-992 dapat menampung 163 anak buah kapal (ABK), 18 personel kru, 160 pasien dengan fasilitas satu ruang ballroom, satu ruang VVIP dan lima ruangan VIP.
Sementara KRI dr Wahidin Sudirohusodo memiliki fasilitas enam tempat tidur UGD, 40 tenda medis, 45 tempat tidur ruang perawatan pria, 45 tempat tidur ruang perawatan wanita, dua tempat tidur untuk isolasi pria dan dua tempat tidur untuk isolasi wanita.
Selain itu di ruangan deck KRI dr Wahidin Sudirohusodo juga memiliki fasilitas enam tempat tidur UGD, empat tempat tidur untuk operasi, tiga tempat tidur pasca-operasi, empat tempat tidur ICU dan tiga tempat tidur HCU.
Dari segi udara, TNI juga mempersiapkan beragam alutsista untuk mengangkut korban luka, di antaranya heli panther milik TNI AL dan heli duaphin milik TNI AU.
Mengingat Prabowo berjanji akan membawa warga Palestina yang luka-luka untuk dirawat di Indonesia, TNI pun sudah menyiapkan fasilitas untuk rencana tersebut.
TNI AU telah menyiapkan tiga unit pesawat guna mengangkut warga Palestina yang menjadi korban luka-luka akibat perang untuk dirawat di Indonesia.
Tiga pesawat milik TNI AU tersebut, di antaranya Boeing-737 400/500 serta Hercules C-130 tipe J dan Tipe H.
Untuk pesawat Boeing dapat menampung 41 kru, 86 penumpang dan logistik yang beratnya mencapai 10.000 kilogram, sedangkan untuk pesawat Hercules tipe J dapat menampung penumpang dan kru 51 orang dan tipe H 55 orang.
Pesawat tersebut akan beroperasi untuk mengantar warga Palestina ke Indonesia agar dapat dirawat di rumah sakit milik TNI, yakni Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan Rumah Sakit Panglima Besar (Pangsar) Soedirman.
Dua rumah sakit tersebut dapat menampung pasien hingga 1.000 orang. Markas Besar TNI memastikan seluruh korban akan mendapatkan penanganan medis yang berkualitas.
Selanjutnya, untuk menunjang kerja RS apung melayani warga Palestina, TNI AD juga mengerahkan rumah sakit lapangan yang siap dibuka di wilayah Gaza.
Rumah sakit lapangan itu terdiri dari beragam tenda medis yang dapat menampung 120 pasien. Fasilitas yang disediakan pun sudah cukup maksimal, di antaranya ruang gawat darurat, ICU, laboratorium, hingga ruangan khusus farmasi.
Terakhir, TNI AD juga telah menyiapkan beberapa kendaraan guna memenuhi kebutuhan warga Palestina. Kendaraan darat itu, di antaranya ambulans, kendaraan logistik, hingga kendaraan "forklift".
Semua alutsista itu dalam kondisi layak dipakai dan siap digunakan untuk mendukung berjalannya misi perdamaian di Gaza.
Bantuan
Sebelum Prabowo menyatakan siap menerjunkan pasukannya untuk melakukan misi perdamaian di Gaza, TNI juga sudah mengirimkan bantuan berupa logistik dan kebutuhan pangan untuk warga Palestina.
Bantuan pertama dikirimkan pada 4 sampai 8 November 2023 berupa makanan, obat obatan, perlengkapan bayi dan keperluan perempuan seberat 26 ton.
Bantuan tersebut menggunakan pesawat milik TNI AU Heracles C-130 melalui Bandara El Arish Mesir.
Pengiriman yang terbilang sukses itu pun kembali dilanjutkan dengan mengirimkan bantuan berupa logistik menggunakan KRI Radjiman Wedyoningrat pada 18 Januari sampai 15 Maret 2024.
Kala itu ada 242 ton bahan kebutuhan kritis yang dikirim oleh pasukan TNI ke Palestina. Bantuan itu berupa makanan, kelengkapan kebutuhan bayi dan wanita, serta obat-obatan.
Terakhir TNI kembali menggunakan pesawat Hercules C-130 tipe Z untuk mengirimkan logistik pada 29 Maret sampai 27 April 2024. Pesawat yang diawaki oleh prajurit TNI tersebut bertolak dari Bandara King Abdullah II Yordania menuju wilayah konflik Gaza untuk menerjunkan logistik dengan metode drop dari udara.
Dari pengiriman terkait itu, total ada 20 paket logistik, yang masing-masing beratnya mencapai 160 kilogram dan telah diterjunkan oleh prajurit TNI untuk warga Gaza.
Semangat memberikan bantuan kepada warga Palestina di Gaza bukan hanya bergelora di kalangan TNI saja, melainkan warga sipil pun turut merasakan.
Banyak dari masyarakat yang ingin berkontribusi lebih dengan cara membantu langsung warga Palestina yang kini menjadi korban di medan konflik.
Melihat hal tersebut, TNI menyatakan ada peluang bagi masyarakat untuk tergabung dalam pasukan PBB di misi perdamaian Gaza.
Keikutsertaan masyarakat sipil bisa berguna untuk membantu TNI dari segi tenaga ahli, seperti kebutuhan dokter, psikiater untuk melakukan pemulihan trauma hingga tenaga pendidik.
Kolaborasi itu sangat dimungkinkan terjadi. Meskipun demikian, persyaratan teknis dan birokrasi pengiriman warga sipil dalam misi perdamaian diatur tersendiri oleh Kementerian Luar Negeri.
Bukan hanya warga sipil saja yang merasakan gelora semangat itu. Pimpinan militer dari negara lain, seperti Singapura dan Australia juga ingin bergabung dalam misi perdamaian yang dilakukan TNI.
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Sbuiyanto mengaku sudah bertemu dengan Panglima Australia dan Panglima Singapura. Mereka menyatakan ingin berpatisipasi dalam bentuk "joint operation".
Meskipun demikian, Mabes TNI belum menyiapkan seperti apa skema operasi gabungan tersebut dengan negara lain.
Pemerintah Indonesia berharap negara-negara di Asia dapat bersatu padu menghentikan konflik peperangan berat sebelah yang terkesan berujung genosida itu di Palestina.
Kini, "bola" ada di tangan PPB. Momen ketika PBB telah memberikan "lampu hijau" kepada TNI, di saat itulah pemimpin TNI akan perintahkan seluruh pasukannya untuk menuju dan mendarat di Gaza dan melindungi seluruh warga Palestina.
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2024