Ada aturan hukum. Ini adalah kewenangan negara."
Antananarivo (ANTARA News/AFP) - Satu ledakan granat mengguncang tempat pemberhentian bus di Madagaskar yang mengakibatkan seorang bayi meninggal dan 37 orang lain mengalami cedera hanya beberapa jam setelah presiden terpilih diangkat sumpahnya, Sabtu (25/1).
Ledakan terjadi sekitar 200 meter dari stadion tempat Hery Rajaonarimampianina diangkat sebagai kepala negara pertama pasca-kudeta, kata polisi setempat, Minggu.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Madagaskar Arsene Rakotondrazaka semula mengatakan, terdapat 33 orang yang terluka dan seorang bayi usia dua tahun meninggal akibat ledakan di ibukota Antananarivo.
Menteri Kesehatan Madagaskar yang akan berakhir tugasnya, Olga Ramaroso, beberapa waktu kemudian mengatakan bahwa ada 38 korban yang dibawa ke rumah-sakit, termasuk bayi yang kemudian dinyatakan meninggal.
Jumlah korban luka-luka sebanyak 37 orang juga dibenarkan oleh juru bicara kepolisian.
Setelah mengunjungi korban luka di rumah-sakit, Presiden Hery mengatakan bahwa pemerintahnya tidak akan membiarkan segala bentuk kekerasan.
"Ada aturan hukum. Ini adalah kewenangan negara," kata presiden, yang bersumpah akan menyeret pelakunya ke meja pengadilan.
Sumber di pihak keamanan mengatakan kepada AFP tanpa bersedia disebut namanya bahwa terlihat seorang pria berkulit putih yang berjalan kaki melempar granat ke arah kerumunan orang di luar stadion kemudian melarikan diri.
Ledakan terjadi hanya beberapa jam setelah upacara pengangkatan presiden dilakukan dan dihadiri oleh tamu-tamu asing wakil dari negara-negara Namimbia, Mauritius dari Kepulauan Samudra Hindia dan Seychelles.
Dalam menerima jabatannya, Rajaonarimampianina menyerukan persatuan nasional dan menggapai lawan politik untuk membantu memulihkan stabilitas politik di negara kepulauan itu.
Rajaonarimampianina menang dalam pemilihan umum (pemilu) bulan lalu yang dimaksudkan untuk mengembalikan demokrasi dan bantuan asing yang sangat diperlukan setelah kudeta pada 2009.
Presiden berusia 55 tahun itu menyerukan pentingnya persatuan nasional dan mendesak lawan politik yang tidak disebut namanya bahwa "ini bukan masalah kita, melainkan Madagaskar, masa depan dan tempat kita."
Akuntan lulusan Kanada itu pulang ke negerinya, dan langsung mendapat dukungan dari mantan orang kuat Madagaskar, Andry Rajoelina, yang ikut melakukan kudeta pada 2009 untuk menggulingkan Presiden Marc Ravalomamana.
Pesaing yang dikalahkan dalam pemilu 20 Desember, Robinson Jean Louis ikut hadir di antara para tamu.
Jean Louis, calon yang didukung Ravalomamana, pada Jumat mengakui kekalahannya.
Ia menyatakan kepada para wartawan bahwa "Kali ini, oposisi bisa memberikan saran dan masukkan ke pemerintah" ketimbang "selalu menentang, mengganggu dan berunjukrasa di jalan."
Pengamat internasional menyambut transisi demokrasi itu namun masih khawatir bahwa normalisasi di Madagaskar akan bergantung pada susunan kabinet baru.
Rajaonarimampianina berjanji tidak akan melakukan perburuan, namun menegaskan bahwa masa budaya kekebalan sudah berakhir.
(Uu.M007)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2014