PBB (ANTARA) - Polusi udara menjadi risiko penyebab kematian terbesar kedua secara global bagi orang dewasa dan anak-anak, menurut laporan State of Global Air (SoGA) yang dirilis pada Rabu (19/6).
Studi ini, yang untuk pertama kalinya dilakukan dalam kerja sama dengan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) dan dirilis oleh Health Effects Institute (HEI) dan UNICEF, menemukan bahwa polusi udara menyumbangkan 8,1 juta kematian di seluruh dunia pada 2021.
Menurut studi ini, tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko global utama yang menyebabkan kematian orang dewasa, sementara malnutrisi merupakan risiko utama untuk kategori anak-anak.
"Selain kematian yang disebabkan oleh kedua faktor tersebut, ada jutaan lebih orang yang hidup dengan penyakit kronis yang melemahkan, memberikan beban yang luar biasa bagi sistem perawatan kesehatan, ekonomi, dan masyarakat," kata studi tersebut.
Laporan ini menemukan bahwa anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun sangat rentan, dengan dampak kesehatan meliputi kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, asma, dan penyakit paru-paru.
Studi ini menyebutkan bahwa pada 2021, paparan polusi udara dikaitkan dengan lebih dari 700.000 kematian anak berusia di bawah 5 tahun, menjadikannya faktor risiko penyebab kematian terbesar kedua secara global untuk kelompok usia ini.
Dari seluruh kasus kematian anak tersebut, sekitar 500.000 di antaranya, yang sebagian besar dilaporkan di Afrika dan Asia, dikaitkan dengan polusi udara rumah tangga yang berasal dari kegiatan memasak di dalam rumah yang menggunakan bahan bakar berpolusi.
Laporan baru dari SoGA menganalisis data yang baru-baru ini dirilis dalam studi Beban Penyakit Global (Global Burden of Disease) 2021, yang menunjukkan dampak kesehatan yang parah dari polutan, seperti partikel halus di luar ruangan, polusi udara rumah tangga, ozon, dan nitrogen dioksida, terhadap kesehatan manusia di seluruh dunia.
Laporan ini mencakup data dari 200 lebih negara dan wilayah, yang mengindikasikan bahwa hampir setiap orang di Bumi menghirup udara dengan kadar polusi yang tidak sehat setiap hari, dengan dampak kesehatan yang luas
"Lebih dari 90 persen kematian global yang disebabkan polusi udara, atau 7,8 juta jiwa, berkaitan oleh polusi udara PM (particulate matter atau materi partikulat), termasuk dari PM lingkungan dan polusi udara rumah tangga," ungkap laporan tersebut. "Partikel-partikel halus ini, yang berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer, sangat kecil sehingga bertahan di dalam paru-paru dan dapat masuk ke dalam aliran darah, memengaruhi banyak sistem organ dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular pada orang dewasa seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, kanker paru-paru, dan penyakit paru-paru obstruktif kronis," katanya.
Menurut laporan tersebut, PM 2.5 ditemukan sebagai prediktor yang paling konsisten dan akurat untuk efek kesehatan yang buruk di seluruh dunia.
"Kami berharap laporan State of Global Air ini dapat memberikan informasi dan inspirasi untuk perubahan," kata Presiden HEI Dr. Elena Craft.
Polusi udara memiliki dampak yang sangat besar bagi kesehatan. Kita tahu bahwa meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat global adalah hal yang praktis dan dapat dicapai.
HEI merupakan organisasi penelitian nirlaba independen yang berbasis di Amerika Serikat.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024