Beijing (ANTARA) - Komisi Nasional Pengendalian Narkotika China atau NCCC telah menyita 25,9 ton narkoba dan menangani 42 ribu kasus terkait penyalahgunaan barang terlarang tersebut sepanjang 2023.
"Secara nasional, total 42 ribu kasus kriminal terkait narkoba telah diselesaikan, 65 ribu tersangka telah diamankan, dan 25,9 ton narkoba telah disita pada 2023," kata Sekretaris Jenderal NCCC Wei Xiaojun dalam konferensi pers di Beijing, China pada Rabu.
Wei memaparkan kondisi peredaran narkoba di China, tiga tahun pasca pandemi COVID-19 melanda, menunjukkan kenaikan namun tidak separah kondisi sebelum pandemi dan secara umum dapat dikendalikan.
"Pada akhir 2023, terdapat 896 ribu pengguna narkoba yang terdata di China, menurun 20,3 persen dari tahun sebelumnya atau setara dengan 0,064 persen dari total populasi di China," ungkap Wei.
Di antara pengguna narkoba tersebut, sebanyak 305 ribu orang adalah pengguna heroin, 455 ribu orang adalah pengguna metamfetamin (meth atau sabu-sabu) dan 30 ribu orang adalah pengguna ketamin.
Harga heroin dan meth pun tetap tinggi setelah pandemi sehingga mendorong pengguna narkoba untuk beralih ke zat adiktif yang lebih mudah diakses, lebih murah dan sama efektifnya, salah satu contohnya adalah penyalahgunaan etomidate.
Etomidate sesungguhnya adalah obat anestesi yang digunakan untuk anestesi umum untuk durasi waktu singkat. Hingga 1 Oktober 2023, pemerintah China menemukan 29 ribu kasus penyalahgunaan etomidate.
Pasokan narkoba di China, menurut Wei, saat ini sebagian besar berasal dari luar negeri, dengan sebagian kecil berasal dari jalur produksi obat-obatan dalam negeri atau sebanyak 20,5 ton.
Dari jumlah tersebut 14,4 ton adalah meth (dalam bentuk kristal dan tablet); 1,6 ton heroin; 1,4 ton opium; 2,6 ton kokain; 0,7 ton ketamin yang dipasok dari Segitia Emas (Thailand, Myanmar, Laos) dan Amerika Latin.
Narkoba tersebut terutama diselundupkan dari Teluk Thailand masuk ke pesisir tenggara China dengan transaksi menggunakan kapal di laut lepas kemudian didistribusikan ke Hong Kong, Taiwan, Australia, Selandia Baru dan wilayah lain.
Khusus untuk penyeludupan ganja, sebagian besar berasal dari Thailand yaitu 30 kasus dari total 78 kasus penyeludupan yang dapat terungkap. Aparat menyita 120,1 kilogram ganja
yang masuk ke China melalui pengiriman internasional dalam jumlah kecil, tersebar dan sering.
Namun, selain narkoba dari luar negeri, NNCC juga mengungkapkan ada kegiatan produksi narkoba terdeteksi di 27 provinsi di China dengan 210 kasus produksi narkoba dapat diselesaikan. Aparat menyita 622 kg narkoba sintetis seperti sabu-sabu dalam berbagai operasi.
Operasi khusus yang menargetkan bahan kimia untuk membuat narkoba juga dilakukan. Sepanjang 2023, 274 kasus terkait pengiriman bahan baku narkoba diselesaikan dengan 938,5 ton berbagai bahan kimia (termasuk bahan kimia yang dijadwalkan untuk diekspor ke negara tertentu) disita.
"Pascapandemi, permintaan atas bahan baku dan bahan kimia untuk produksi obat-obatan terlarang di dalam dan luar negeri masih tetap tinggi, para produsen narkoba terus meningkatkan proses produksi narkoba dan mencari lebih banyak jenis bahan kimia yang tidak terdaftar sehingga menimbulkan tantangan besar dalam mengurangi penyelundupan obat-obatan non-narkoba," ungkap Wei.
Baca juga: Para pejabat China dan AS bahas kerja sama kontranarkotika
China sendiri meluncurkan operasi khusus pemberantasan narkoba bernama "Clear Border" dan " Hunting Drug Lords" untuk memutus permintaan dan pasokan maupun penyelundupan dan perdagangan narkoba.
Sepanjang 2023, 24 ribu kasus penyeludupan narkoba melalui jalur darat terungkap dengan penyitaan 8,9 ton narkoba; 32 kasus lewat jalur laut dengan 3,3 ton narkoba disita dan 2.000 kasus pengiriman narkoba lewat surat terungkap sehingga disita 2,1 ton barang terlarang itu.
Para pelaku yang ditangkap selain warga China ada juga 152 warga negara asing, termasuk 64 warga negara Myanmar dan 44 warga negara Vietnam.
Hal lainnya, ada 3.098 kasus perdagangan narkoba terkait internet berhasil diselesaikan. Para pedagang narkoba menggunakan media sosial seperti Telegram membuat grup obrolan terkait narkoba dan menggunakan perantara untuk menjamin transaksi muncul sebagai model baru dalam penyebaran narkoba.
Pembayaran sebagian besar dilakukan dengan bitcoin, tether atau mata uang kripto lainnya, sehingga aliran dana lebih sulit dilacak. Pengiriman narkoba juga dilakukan tanpa kontak langsung seperti pengiriman surat, dan pengiriman paket instan, yang semakin meningkatkan kerahasiaan aktivitas perdagangan narkoba dan meningkatkan kesulitan deteksi dan penegakan hukum.
Tercatat harga eceran nasional berbagai jenis narkoba juga terus meningkat yaitu untuk jenis heroin dan meth kristal mencapai 1.465 yuan/gram (sekitar Rp3,3 juta) dan 1.615 yuan/gram (sekitar Rp3,6 juta) atau masing-masing naik 16 persen dan 33 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sedangkan harga meth tablet adalah 1.879 yuan/gram (sekitar Rp4,2 juta) dan ganja 334 yuan/gram (sekitar Rp754 ribu) atau turun masing-masing turun 14,5 persen dan 23 persen dibandingkan tahun lalu.
"Dengan memburuknya masalah narkoba di tingkat global, China memasuki periode bangkitnya kasus-kasus narkoba dan perubahan cepat tipe narkoba sehingga konsolidasi dan perluasan tindakan untuk mengatasinya harus dilakukan. Otoritas China memantau dengan cermat risiko dan kerentanan situasi tersebut dan terus mendorong tindakan keras terhadap pengedar dan produsen narkoba," tegas Wei.
Wei juga memaparkan 10 kasus terbesar dalam penegakan hukum terkait narkoba, antara lain adalah pencegatan kapal penyelundup narkoba "Hong Ying Shun 186" di Selat Bashin di antara Taiwan dan Filipina yang berhasil menyita 1,32 ton kokain dan menangkap 31 tersangka serta membekukan dana 20 juta yuan.
Ada juga pengungkapkan kasus nitro oksida (gas tertawa) di Zigong, provinsi Sichuan dengan diamankannya 33 geng dari 12 provinsi: Sichuan, Shandong, Liaoning, Anhui, Fujian, Hainan, Zhejiang, Chongqing, Henan, Hebei, Heilongjiang, dan Hubei. Aparat menangkap 481 tersangka, menghancurkan 23 gudang penyimpanan, menyita 4,8 ton gas tertawa.
Selain itu ada juga operasi gabungan di provinsi Fujian dan Shandong mengungkapkan laboratorium rahasia untuk pembuatan 1-Bromo-1-phenylpropan-2-one (C9H9BrO) dan efedrin (jenis stimulan) di kabupaten Guangrao, kota Dongying, Provinsi Shandong. Aparat menangkap 18 tersangka, menyita 3 ton efedrin jadi dan setengah jadi, 14 ton bahan baku obat serta sejumlah peralatan pembuatan narkoba.
Baca juga: Peneliti China temukan kesehatan mental jadi kunci bagi penuaan sehat
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024