Ini ada perkebunan rakyat 6,30 juta hektar, artinya potensi PSR 2,8 juta hektar
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mencatat penyaluran dana untuk Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) telah mencapai Rp9,42 triliun selama periode 2017 sampai dengan 31 Mei 2024.
Pendanaan PSR tersebut disalurkan untuk 151.185 pekebun dan luasan lahan 336.834 hektar (ha)
“Ini ada perkebunan rakyat 6,30 juta hektar, artinya potensi PSR 2,8 juta hektar. Sekarang baru tercapai 336.834 hektar. Sampai saat ini, masih banyak sebetulnya ruang yang ada di sana,” kata Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana BPDPKS Kabul Wijayanto dalam acara Seminar Sawit 2024 dengan tema ‘Menakar Keseimbangan Produksi CPO untuk Kebutuhan Domestik & Ekspor: Urgensi dan Tantangan’ di Jakarta, Rabu.
Sampai dengan Mei 2024, berdasarkan buku statistik Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, tercatat realisasi PSR sebesar 336.834 ha atau 0,33 juta ha. Kabul menilai masih terdapat potensi lahan PSR seluas 2,8 juta ha.
Dalam paparannya, ia sempat menyampaikan keraguannya terhadap target Kementerian Pertanian (Kementan) untuk penanaman ulang atua replanting dalam PSR 2024 yang sebesar 120.000 ha. Menurutnya, target tersebut susah untuk dicapai.
“Sekarang target PSR 2024 120.000 hektar. Apa iya bisa? Karena selama BPDPKS ada, paling tinggi capaiannya hanya 97.000 hektar," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa PSR telah menjadi salah satu program andalan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas industri kelapa sawit. Sebagaimana diketahui sebelumnya, produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia (Crude Palm Oil/CPO) mengalami penurunan. Pada 2019, produktivitas CPO tercatat sebesar 3,26 ton/ha/tahun, namun pada 2023 menurun menjadi sebesar 2,87 ton/ha/tahun. Padahal, menurut Kabul, dengan bibit yang bagus disertai dengan praktik budidaya yang baik (GAP) dapat menghasilkan 6-8 ton/ha/tahun.
Namun untuk ke depannya, Kabul optimistis produktivitas serta permintaan CPO akan membaik. Pada 2045, ia memproyeksikan produksi CPO akan meningkat sebesar 86,51 juta metrik ton (MT), sedangkan permintaan (demand) CPO juga mengalami kenaikan untuk ekspor sebesar 33,19 juta MT.
Hal yang sama juga diperkirakan terjadi pada kebutuhan dalam negeri untuk pangan sebesar 15,34 juta MT, untuk energi (biodisel) meningkat sebesar 22,4 juta MT, dan kebutuhan oleochemical sebesar 10,68 juta MT, sehingga total kebutuhan demand CPO 81,61 juta MT.
“Kita proyeksikan di tahun 20045 nanti produksinya (CPO) bisa mencapai 86,51 juta MT, asalkan kita bisa me-replanting setiap tahunnya mulai 2025 120.000 hektar setiap tahun. Kalau enggak bisa, nanti bisa turun menjadi 44 juta, lebih turun dari yang sekarang,” pungkasnya.
Baca juga: BPDPKS sebut perbedaan data jadi tantangan utama industri sawit RI
Baca juga: BPDPKS ajak dunia pendidikan sebarkan informasi positif sawit
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024