Kupang (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengingatkan agar tiga desa yang berada di bawah kaki gunung Ile Lewotolok, Kabupaten Lembata, Provinsi NTT untuk mewaspadai ancaman bahaya gunung tersebut.

Petugas Pos Pemantau Gunung Api Ile Lewotolok, Stanis Ara Kian dihubungi dari Kupang, Rabu, mengatakan bahwa tiga desa tersebut, yakni desa Amakaka, Desa Jontona dan desa Todonara.

Baca juga: Badan Geologi sebut aktivitas kegempaan Gunung Ile Lewotolok menurun

"Tiga desa itu masih dalam pantauan Badan Geologi-PVMBG dalam radius tiga kilometer. sehingga kami imbau untuk waspada," katanya.

Dia mengatakan bahwa Badan Geologi masih fokus pada tiga desa tersebut, karena antisipasi ancaman leleran lava terbaru.

Namun, sampai saat ini perkembangan leleran lava masih tetap di bagian barat, yakni sejauh 1,3 kilometer dan di bagian selatan tenggara sepanjang 1,8 kilometer.

Menurut dia, potensi ancaman yang dapat terjadi, seperti ancaman bahaya guguran atau longsoran lava dan awan panas dari bagian timur puncak atau kawah Gunung Ile Lewotolok.

Ia juga mengimbau agar masyarakat di Desa Jontona dan Desa Todonara tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas dalam wilayah sektoral Selatan dan Tenggara sejauh tiga kilometer dari pusat aktivitas gunung Lewotolok.

Dia menambahkan berdasarkan data kegempaan selama periode 8-15 Juni 2024, dilaporkan aktivitas gunung tersebut masih cukup tinggi, sehingga tingkat aktivitas gunung Ile Lewotolok masih berada pada Level III atau level Siaga.

Baca juga: Badan Geologi imbau warga Amakaka waspada aliran lava Ile Lewotolok

Baca juga: Badan Geologi: Aktivitas erupsi Gunung Ile Lewotolok masih tinggi


Terhitung sejak tanggal 8-15 Juni 2024, tercatat 18 kali gempa letusan atau erupsi, 2.170 kali gempa hembusan, dua kali gempa vulkanik dangkal, lima kali gempa vulkanik dalam, empat kali gempa tektonik lokal, serta empat kali gempa tektonik jauh.

Sementara berdasarkan data pengukuran Electronic Distance Measurement (EDM) pada periode sepekan terakhir menunjukkan fluktuasi jarak miring dengan kecenderungan turun di kedua titik ukur LWT1 (malam hari) dan di LWT2 (malam hari).

Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024