Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis neurologi lulusan Universitas Sumatera Utara dr. RA. Dwi Pujiastuti Sp. N (K) M.Ked (Neu) mengatakan dukungan dan pengertian komunitas di tempat kerja sangat penting untuk kesejahteraan penderita migrain di lingkungan kerja.
“Kalau lingkungan kerja nggak menderita migrain mungkin sulit empati merasakan hal yang sama tapi bisa diberi pengertian pada saat serangan jadi saling support misalnya beri tugas tidak langsung menumpuk, jam kerja lebih fleksibel, kalau ada serangan bisa bawa kerjaan ke rumah, jadi pengertian itu akan sangat membantu pejuang migrain,” kata Puji dalam webinar Bulan Kesadaran Migrain dan Nyeri Kepala yang diikuti di Jakarta, Rabu.
Puji mengatakan pada pekerja yang sering mengalami nyeri kepala jangan menganggapnya sepele karena migrain sendiri merupakan kelainan sistem saraf dan sistem otak yang membuat bisa terjadi serangan nyeri kepala yang sangat hebat.
Ia menyarankan jika sering mengalami hal tersebut diupayakan konsultasi kepada dokter spesialis syaraf agar mendapatkan diagnosa yang benar, dan bisa dikomunikasikan kepada atasan terkait kondisi kesehatannya. Jika perlu sertakan juga informasi keterangan dari tenaga kesehatan yang akan menjelaskan lebih detail terkait migrain yang dialami pekerjanya.
Baca juga: Bio Farma fasilitasi kesehatan pekerja cegah migrain
Baca juga: Penyebab perempuan lebih berisiko terserang migrain
“Sebaiknya dikomunikasikan, kami harapkan pihak kantor bisa mendapatkan edukasi tentang penyakit migrain karena mungkin nggak hanya satu, bisa saja terjadi di tahun berikutnya, jadi mungkin dikomunikasikan dan ke teman bekerja,” katanya.
Puji mengatakan pejuang migrain di lingkungan kerja bisa sangat merugikan karena jika terjadi serangan sering kali mereka tidak bisa berfikir, fungsi pendengaran dan penglihatan juga akan menurun jika tidak ditangani dengan tepat.
Gejala yang dihadapi juga tidak ringan, seperti tidak bisa melihat cahaya atau menatap layar, bahkan sampai mual dan muntah. Nyeri pada kepala juga tidak hanya terbatas pada satu sisi kepala saja, dan bisa terjadi sakit di semua kepala.
Selain itu perlu juga ditegaskan risiko disabilitas pada saat serangan dari sebelum, selama, bahkan setelah serangan dimana penderita migrain hampir tidak bisa berfungsi normal untuk bekerja.
“Bisa saja seorang penderita migrain punya pola serangan nyeri yang beda-beda, mungkin ada yang sangat berat sampai dia harus ke IGD, atau bahkan berhenti bekerja mengurung diri, tutup jendela, atau mungkin serangan tidak berat tapi dia mual, nggak bisa lihat layar kemudian dia tetep dipaksa bekerja,” kata Puji.
Bagi pekerja yang menderita migrain disarankan untuk selalu menyediakan obat darurat yang dapat meredakan nyeri kepala. Dianjurkan pula untuk berkonsultasi dengan dokter terkait penggunaan obat, karena jika memakai obat yang dikonsumsi tidak sesuai aturan juga dapat memperparah kondisi nyeri kepala.
Kenali juga pencetus migrain seperti stres berlebihan karena pekerjaan menumpuk, melewatkan jam makan dan kurang cairan.
“Kalau ada serangan sebaiknya ambil obat darurat nyeri kepala dan bisa istirahat sejenak, kalau misalnya nyeri hindari paparan cahaya yang terlalu banyak, bisa berhenti melihat layar, pastikan cukup minum, makan cukup, semoga tidak semakin berat tapi kalau semakin berat istirahat sepenuhnya dari aktivitas karena apapun yang dilakukan pasti akan menambah sakit kepalanya,” jelas Puji.
Baca juga: Dokter ingatkan jangan konsumsi obat nyeri kepala lebih dari 15 hari
Baca juga: Mencegah gejala migrain muncul saat bekerja
Baca juga: Migrain berhubungan dengan risiko lebih tinggi kena sakit jantung
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024