Jakarta (ANTARA) - Hingga penutupan Pos Kesehatan Haji Indonesia di Arafah pada 9 Dzulhijjah 1445 H atau 15 Juni 2024 pukul 23.00 Waktu Arab Saudi (WAS), tercatat  114 pasien yang berkunjung.

Dalam keterangan dari Kementerian Kesehatan yang diterima di Jakarta, Rabu, Kepala Seksi Kesehatan Bandara, Muhammad Firdaus mengatakan bahwa serangan panas (heatstroke) menjadi penyebab terbanyak pasien mengunjungi Pos Kesehatan. Selain itu, pneumonia adalah penyakit yang paling sering menyebabkan jemaah dirujuk ke rumah sakit.

Baca juga: 51 calon haji masih jalani perawatan jelang wukuf di Arafah    

Sebanyak 11 pasien, ujarnya, dirujuk ke rumah sakit, yakni 7 pasien ke RS East Arafah dan 4 pasien ke RS Mina Al Wadi. Sementara itu, tiga orang haji wafat. Adapun pasien wafat tidak di Pos Kesehatan, melainkan di tenda atau saat turun dari bus.

Firdaus mengatakan bahwa pada hari pertama, Pos Kesehatan Haji Arafah melayani 50 pasien. Dia menyebutkan, pasien pertama yang datang mengalami penurunan kesadaran, kemudian dirujuk ke RS East Arafah. Pasien terakhir, datang pada Sabtu, 9 Dzulhijjah 1445 atau 15 Juni 2024, pukul 20.00 WAS.

Dia menjelaskan bahwa cuaca panas terik dengan temperatur 43 derajat dan kelembaban rendah berisiko menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti dehidrasi, masalah pernapasan, gangguan mental, hingga serangan panas.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Lilik Marhaendro Susilo menyatakan saat ini kualitas kesehatan jemaah mulai menurun.

Baca juga: Sebagian calon haji yang sakit masih bertahan di Madinah

Baca juga: Menag: Istitha'ah kesehatan kunci tekan kasus jamaah haji sakit


"Kelelahan saat perjalanan dari Makkah ke Arafah dalam cuaca panas, turun dari bus ke tenda dengan suhu panas, dan kondisi kurang prima memperburuk kondisi kesehatan jamaah," kata dia.

Lilik mengingatkan jamaah di Arafah untuk memperbanyak itikaf dalam tenda sesuai sunnah, menjaga pola makan dan minum, serta tidak lupa minum oralit untuk mencegah dehidrasi akibat cuaca panas dan kering.

Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024