Produser Sheila Timothy mengemukakan persiapan film yang mengangkat kekayaan masakan Minang membutuhkan riset intensif selama 1,5 tahun sebelum mulai produksi bulan ini.
Perempuan yang sebelumnya memproduseri "Pintu Terlarang" dan "Modus Anomali" itu menyayangkan referensi literatur kuliner Indonesia yang kurang lengkap sehingga menyulitkan riset.
"Kalau soal makanan Jepang misalnya, mudah cari literaturnya. Pengaturan makanan harus seperti apa dan alasannya apa. Tapi untuk kuliner Indonesia, sulit mencari literaturnya," ujar dia di Jakarta, Rabu.
Bahan-bahan riset kuliner Minang akhirnya didapatkan setelah mewawancara langsung orang-orang di pedalaman Sumatera Barat.
Selain itu, ahli kuliner seperti Culinary Advisor Chef Adzan dan penulis buku Rendang Traveller Reno Andam Suri juga turut terlibat dalam persiapan film "Tabula Rasa".
Sheila menjelaskan, keduanya memberi banyak saran dan mengajarkan berbagai hal dalam membuat pengaturan dapur tradisional, cara memasak, detil alat masak, dan makanan yang senyata mungkin untuk ditampilkan dalam film.
"Misalnya ulekan Minang seperti apa karena berbeda dengan ulekan biasa, juga konsep dapur tradisional dengan tungku di bagian tengah, dan cara menyalakan api tungku yang benar agar talent terlihat luwes saat syuting dimulai," ungkap dia.
"Bahkan, Chef Adzan juga membuat menu khusus untuk setting lapau Mak, meski tidak ada di cerita tapi tetap muncul di visual untuk menghidupkan suasana agar terlihat senyata mungkin," lanjutnya.
"Tabula Rasa" berkisah tentang pemuda asal Serui, Papua bernama Hans (Jimmy Kobogau) yang kehilangan semangat hidup saat impiannya jadi pesepakbola kandas. Dia pun bertemu dengan Mak Uwo (Dewi Irawan) seorang pemilik rumah makan Minang sederhana (Lapau).
Mimpi dan semangat hidup mereka mulai terbentuk lewat makanan dan masakan.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014