Tingginya biaya logistik akibat bencana banjir pasti mengakibatkan inflasi tinggi,"

Jakarta (ANTARA News) - Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyatakan banjir di kawasan pantai utara (Pantura) Jawa melambungkan biaya logistik dan merugikan tidak hanya bagi pengusaha angkutan darat tetapi masyarakat karena harga pangan melonjak.

"Tingginya biaya logistik akibat bencana banjir pasti mengakibatkan inflasi tinggi," kata Ketua Umum DPP Organda Eka Sari Lorena di Jakarta, Rabu.

Menurut dia melambungnya biaya logistik mengakibatkan rakyat menderita karena sulitnya melakukan kegiatan mobilisasi guna menopang perekonomian masyarakat.

Untuk itu, ia mengemukakan bahwa untuk saat ini pentingnya dilakukan revitalisasi infrastruktur transportasi yang juga harus mempertimbangkan kondisi perubahan iklim.

Akibat perubahan iklim, lanjutnya, antara lain telah menyebabkan Indonesia makin sering mengalami banjir. Biasanya, banjir besar terjadi lima tahun sekali tetapi kini menjadi setahun sekali.

Sebagaimana diberitakan, kendaraan pribadi dan beragam moda transportasi lain yang bakal melintasi jalan raya di kawasan pantai utara (Pantura) Jawa diharapkan akan dapat menggunakan jalur selatan, guna menghindari banjir di jalur Pantura.

"Para pengendara jangan anggap enteng kondisi hujan yang mengakibatkan banjir sekarang, lebih baik dari awal siapkan rute khusus. Kami mengharapkan melewati jalur selatan dan masuk tol (Cipularang)," kata Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Djoko Murjanto.

Ia memaparkan, kondisi curah hujan yang sangat tinggi mengakibatkan salah satu jalan nasional di jalur Pantura Jawa Barat yaitu dari Cirebon menuju Jakarta begitu juga sebaliknya mengalami banjir dengan ketinggian 50-100 cm.

Menurut dia, saat ini masih banyak pengendara yang memaksakan untuk melewati jalan jalur pantura dan menunggu di sana, sehingga berakibat kemacetan yang panjang, yang sebenarnya dapat dihindari dengan mengganti rute menuju jalur selatan.

"Saat ini ketinggian banjir sudah mencapai 1,5 meter. Penyebab banjir sendiri merupakan kombinasi dari luapan sungai Cimanuk dan pasang laut," ungkapnya.

Djoko mengemukakan, upaya yang telah dilakukan adalah memasang rambu-rambu di lokasi kerusakan jalan guna meminimalkan terjadinya kecelakaan.

Setelah airnya turun atau menyurut, lanjutnya, akan dilanjutkan dengan memperhitungkan evaluasi penanganannya, di mulai dari permukaan, struktur jalan dan jembatan mulai dari struktur atas maupun bawah.

"Selama masih ada air, kami tidak melakukan penanganan jalan karena nantinya akan percuma, jadi untuk sementara kita pasang rambu dan peringatan," ucap Djoko Murjanto.

(M040/Z003)

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014