Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan Timor Leste telah menyelesaikan sekitar 97 persen perundingan mengenai masalah perbatasan kedua negara, sedangkan sisanya akan diselesaikan dalam tahun ini. "Penyelesaian perundingan perbatasan itu sendiri sudah 97 persen, tinggal 3 persen yang pada tahun ini akan kita selesaikan," kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda kepada wartawan seusai membuka seminar ke empat negara-negara peserta Konvensi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Jakarta, Selasa. Indonesia, lanjut Menlu, memang berusaha untuk terus mendorong kerjasama di bidang perbatasan dengan Timor Leste. "Kita juga membangun sistem `border-crossing`, bagaimana warga dari pihak Indonesia menyeberang dengan mudah ke Timor Leste dan sebaliknya," katanya. Sistem itu, kata Menlu, khususnya diperuntukkan bagi warga yang tinggal di sepanjang garis perbatasan antara ke dua negara. Penyelesaian segera mengenai masalah perbatasan diperlukan untuk mencegah timbulnya konflik di kemudian hari mengenai penetapan garis batas, sebagaimana yang dialami Indonesia dengan sejumlah negara tetangga yang lain. Indonesia sempat menyatakan protes kepada Timor Leste ketika tentara perbatasan Timor Leste menembak sejumlah WNI yang diduga melintas batas pada awal tahun 2006 dan mengakibatkan kematian tiga WNI. Akhir pekan lalu, Mabes TNI juga meningkatkan kewaspadaan prajurit di perbatasan Indonesia-Timor Leste sejak kaburnya pemimpin pemberontak Timtim, Mayor Alfredo Reinado bersama 56 tahanan lainnya dari penjara Becora pada Rabu (30/8) lalu. Menurut Kapuspen TNI, Laksda Sunarto Sjoekronoputro, di Jakarta, Minggu, kewaspadaan militer di perbatasan ditingkatkan untuk mencegah masuknya Mayor Alfredo dan tahanan lainnya ke wilayah hukum Indonesia. Menurutnya, Mayor Alfredo mereka harus dicegah masuk ke wilayah Indonesia, karena jika tidak bisa ditafsirkan Indonesia mendukung gerakan pemberontakannya. Bantuan Indonesia Saat ditanya mengenai hasil pertemuan trilateral --Indonesia, Australia, Timor Leste-- di Dili, Timor Leste, Senin lalu, Menlu mengatakan bahwa pada pertemuan itu Pemerintah Indonesia dan Australia sepakat untuk membantu Timor Leste menguatkan kapasitas dan kemampuan polisi Timor Leste. "Dialog tiga negara itu membahas, pertama langkah-langkah untuk membantu Timor Leste dalam memulihkan situasi keamanan sekalipun di sana-sini masih ada gangguan keamanan," katanya. Namun, menurut Hassan, tidak ada pembahasan secara khusus mengenai kaburnya Mayor Alfredo Reinado dan 56 tahanan lainnya dari penjara Becora, Timor Leste. Pemerintah Indonesia juga menawarkan untuk membagi pengalaman dalam hal kesuksesan pelaksanaan pemilihan umum kepada Pemerintah Timor Leste yang akan menyelenggarakan pemilu pada 2007. "Kita menawarkan, berdasarkan pengalaman, keberhasilan kita dalam menyelenggarakan pemilu. Mungkin ada hal-hal yang bisa kita bagi dengan mereka," kata Hassan. Pada pertemuan itu, lanjut Hassan, juga dibicarakan mengenai upaya pengembangan investasi dan kerjasama segitiga yang melibatkan tiga negara tersebut, khususnya Australia bagian utara, Indonesia bagian timur dan Timor Leste. "Ada dalam konsep AIDA (Australia-Indonesia Development Area) yang sudah disepakati sejak 1997," katanya. Jadi, lanjut dia, banyak hal yang dihasilkan dari pertemuan segitiga tersebut, yang penting adalah upaya membangun dialog dan transparansi dalam hubungan antara negara tetangga.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006