Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menjalankan prosedur intervensi gizi sebagai salah satu upaya penanganan terhadap balita terindikasi mengalami kasus gagal tumbuh kembang atau stunting di daerah itu.
"Dari beberapa kasus yang ditangani, stunting di Kabupaten Bekasi disebabkan banyak faktor. Upaya pencegahan dan penanganan terus dilakukan dengan melakukan intervensi gizi sensitif serta spesifik," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Alamsyah di Cikarang, Kamis.
Ia menjelaskan penanganan melalui skema intervensi gizi spesifik dijalankan dengan pemberian asupan atau nutrisi tambahan untuk menunjang gizi dan kesehatan anak.
Sementara intervensi gizi sensitif yakni intervensi pendukung untuk penurunan kecepatan stunting, seperti penyediaan air bersih serta sanitasi di sekitar area suspek.
"Yang masih rendah itu adalah bagaimana memberikan edukasi, meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menerapkan hidup bersih dan sehat. Seperti tidak membuang sampah sembarangan dan tidak buang air besar di tempat yang tidak semestinya," katanya.
Baca juga: Gotong royong berhasil turunkan stunting di Kota Palopo
Alamsyah juga menyebutkan penyebab lain dari beberapa kasus stunting yang ditemukan adalah masih ada sejumlah orang tua yang menganggap imunisasi merupakan hal yang kurang penting.
Padahal pemberian imunisasi dasar lengkap pada anak dapat mencegah penyakit-penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhan serta perkembangan anak.
"Untuk itu diperlukan juga penguatan kapasitas dan perilaku. Jadi bicara stunting bukan soal pandangan kita pada balita saja, melainkan juga pada remaja, ibu hamil, ibu melahirkan dan anggota keluarga lain," katanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi mencatat ada 2.900 balita terindikasi mengalami stunting meski jumlah tersebut masih bersifat dinamis mengingat tahap pendataan dan pemeriksaan kesehatan berlangsung hingga akhir Juni 2024.
"Sejauh ini, catatan riil di kami ada 2.900-an balita yang terindikasi mengalami stunting. Kami turun ke posyandu dan masih terus melakukan pembaruan data terkini," katanya.
Menurut dia jumlah tersebut cenderung rendah jika dibandingkan jumlah keseluruhan balita yang sudah terdata yakni lebih dari 245.000 balita. "Hitungan kami yang terindikasi stunting sekitar 1,4 persen dari jumlah balita yang ada," kata dia.
Baca juga: Kemenko PMK: Intervensi serentak di posyandu kunci turunkan stunting
Baca juga: Pemerintah revisi target prevalensi stunting jika 2024 tak tercapai
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024