Jakarta (ANTARA News) - Suriah mendukung pengiriman pasukan TNI sebagai penjaga perdamaian di Lebanon dan berharap pasukan bisa berangkat dan kembali dengan selamat. "Kami mendukung karena sebagaimana dikemukakan Presiden Yudhoyono dan Menlu RI, tugas pasukan TNI di Lebanon adalah mengawasi gencatan senjata dan tidak untuk melucuti senjata Hizbullah," kata Duta Besar Suriah untuk Indonesia, Mohamad Darwish Baladi, di Jakarta, Selasa. Baladi mengadakan kunjungan ke LKBN ANTARA untuk kerjasama pertukaran berita antara Kantor Berita Arab Suriah (SANA) dengan Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA. Ia diterima Pemimpin Umum LKBN ANTARA Asro Kamal Rokan. Menurut Baladi, pengiriman kontingen penjaga perdamaian Indonesia itu merupakan perwujudan peran internasional Indonesia yang tepat di Timur Tengah saat ini. "Sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar, Indonesia berperan besar dalam upaya menciptakan perdamaian dan menghentikan agresi zionis Israel," katanya. Peran Indonesia untuk ikut menciptakan perdamaian itu sama dengan Suriah. "Ada kepercayaan di Timur Tengah bahwa `Tak ada perang tanpa Mesir, tapi tak ada perdamaian tanpa Suriah'", katanya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya menjelaskan bahwa saat ini Department of Peace Keeping Operation PBB di New York, AS, tengah mematangkan mandat, tugas, "rules of engagement", pembiayaan dan lain-lain yang tentu berasal dari resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701 tahun 2006. "Posisi Indonesia jelas, berangkat harus di bawah PBB," katanya. Pengiriman kontingen Indonesia, menurut Presiden, bertujuan pemeliharaan perdamaian atau 'peace keeping', bukan 'peace making' atau 'peace enforcing' yang lazimnya menggunakan Chapter 7, yaitu menggunakan kekuatan untuk memaksa pihak yang berperang menghentikan perang. (*)

Copyright © ANTARA 2006