Investor masih cemas dengan proyeksi inflasi yang masih tinggi, defisit neraca transaksi berjalan, dan perlambatan ekonomi Indonesia
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar sembilan poin menjadi Rp12.100 dibanding sebelumnya di posisi Rp12.109 per dolar AS.
Analis pasar uang Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa sentimen rupiah masih terjaga atau bergerak stabil, optimisme kembali meningkatnya cadangan devisa diharapkan menahan sentimen negatif yang beredar.
"Investor masih cemas dengan proyeksi inflasi yang masih tinggi, defisit neraca transaksi berjalan, dan perlambatan ekonomi Indonesia," kata Zulfirman.
Dari eksternal, lanjut dia, mata uang rupiah masih dibayangi oleh berlanjutnya kebijakan pengurangan stimulus keuangan (tapering) bank sentral AS menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 28-29 Januari mendatang.
"Diproyeksikan, rupiah mungkin akan diperdagangkan di kisaran Rp12.070-Rp12.155 per dolar AS untuk hari ini (Selasa, 21/1)," ujarnya.
Sementara itu, Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah masih dibayangi oleh belum bangkitnya perekonomian negara-negara di kawasan Asia, terutama China yang mengalami perlambatan ekonomi pada kuartal empat 2013 menjadi 7,7 persen dibanding periode sebelumnya 7,8 persen.
"Faktor eksternal belum mendukung penguatan mata uang domestik, koreksi nilai tukar juga masih cenderung terjadi pada mayoritas mata uang utama dunia," ujar Lukman.
Ia menambahkan, efek pengurangan stimulus keuangan (tapering) oleh bank sentral AS (the Fed) akan membebani mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dikarenakan membuat likuiditas dolar AS semakin ketat.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014