Jakarta (ANTARA) -
Transplantasi organ telah dilakukan di Indonesia sejak tahun 1977. Praktik transplantasi kini makin berkembang dengan adanya 14 pusat transplantasi yang menyediakan layanan transplantasi organ donor hidup di Indonesia.
Pesatnya kemajuan teknologi dan ilmu kedokteran berdampak terhadap semakin berkembangnya metode diagnostik dan tata laksana penanganan pasien, salah satu upaya yang kini sangat berkembang adalah transplantasi.
Terbentuknya organisasi transplantasi tingkat regional maupun internasional, membuat dokter Indonesia yang terkait dengan bidang transplantasi berkumpul dan bermusyawarah sehingga, pada tahun 2017 dibentuk organisasi yang dinamai Perkumpulan Transplantasi Indonesia (PTI) atau dalam Bahasa Inggris disebut Indonesian Transplantation Society (InaTS).
Organisasi itu pada Minggu (9/6) memperingati World Transplant Day 2024 dengan acara puncak "Transplant Fest" 2024 bertema "Give a Hope, Give a Life".
Ketua InaTS, Dr dr Maruhum Bonar H. Marbun, SpPD-KGH menjelaskan bahwa kegiatan itu merupakan kolaborasi InaTS dengan berbagai pemangku kepentingan, yaitu komunitas, pemerintah, serta rumah sakit (RS) pengampuan nasional, yakni RS vertikal Kemenkes dan RS daerah, serta RS pemerhati transplantasi.
Komunitas yang turut memeriahkan acara kali ini di antaranya Katahati, Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), Yayasan Komunitas Cangkok Ginjal Indonesia (YKCGI), Pejuang Hati, dan Sobat Transplan.
Acara yang diselenggarakan di area "Car Free Day" Sudirman Jakarta ini diwarnai dengan "fun run", temu wicara, cek kesehatan gratis, dan booth.
Sebelumnya juga dilakukan serangkaian kegiatan "Road to Transplant Fest", yaitu Transplan Menyapa (IG Live) dan kompetisi video "A Day in My Life" untuk donor, pasien, dan "caregiver".
Acara itu diselenggarakan serempak di berbagai kota di Indonesia yakni Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, Bali, Makassar, Manado, Medan, Padang, dan Palembang.
InaTS terus berkomitmen untuk meningkatkan penyadaran terkait pentingnya transplantasi untuk menyelamatkan banyak nyawa, khususnya di Indonesia.
Rangkaian acara hingga acara puncak Transplant Fest 2024 merupakan wujud kesungguhan untuk mengajak lebih banyak masyarakat agar lebih melek tentang transplantasi.
Dengan tema 'Give a Hope, Give a Life' itu InaTS mengajak semua pihak untuk menyebarkan pesan harapan, meningkatkan kesadaran tentang transplantasi, dan mengingatkan kemampuan luar biasa manusia untuk bisa beradaptasi dan sembuh.
Data transplantasi
InaTS juga berusaha secara maksimal dalam pengembangan transplantasi di Indonesia melalui pembuatan "big data" transplantasi untuk menyediakan data transplantasi yang aksesibel kepada masyarakat serta para akademisi dan praktisi kesehatan Indonesia.

Data tersebut dikumpulkan dari pusat-pusat transplantasi yang menyediakan layanan transplantasi donor hidup di Indonesia, dan akan terus dikembangkan agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan transplantasi ginjal untuk masyarakat.

Dengan demikian, masyarakat perlu untuk melek terkait transplantasi, baik organ, sel, maupun jaringan.
Transplantasi memberikan harapan baru bagi para pasien yang mengalami kegagalan organ sehingga dapat tetap produktif, dapat memiliki kualitas hidup yang baik, dan dapat menjalankan rutinitas sehari-hari tanpa harus memiliki ketergantungan dengan fasilitas medis di rumah sakit, mesin atau alat tertentu.
Selain itu, prosedur ini akan mengurangi komplikasi akibat dari kegagalan organ seperti: perdarahan, kejang, anemia, infeksi.

Pada pasien hati dapat mengurangi gejala kerusakan hati seperti hilangnya kuning, hilangnya cairan perut dan gejala keracunan akibat kerusakan hati sehingga dapat memberikan harapan hidup lebih tinggi.
Dari perspektif yang lebih besar, tentunya hal ini akan mengurangi beban negara dalam menanggung warga negara yang tidak produktif dan menurunkan biaya kesehatan secara agregat.
Perayaan kehidupan
Ketua Transplant Fest 2024, dr. Gerhard Reinaldi Situmorang, SpU(K), PhD menambahkan, kegiatan itu bukan sekadar pertemuan, tetapi merupakan perayaan kehidupan, menjadi platform pendidikan, dan ajakan untuk memberi aksi nyata terkait permasalahan transplantasi di Indonesia.

Para ahli berkumpul untuk berbagi wawasan, pengalaman, dan kemajuan mereka, serta menyoroti pentingnya donasi organ atau sel atau jaringan, dan transplantasi, termasuk membagikan kisah dan testimoni pasien. Sesi ini dirancang untuk memberdayakan peserta dengan pengetahuan, menginspirasi, dan mendorong aksi dalam masyarakat.

Gerhard menjelaskan, transplantasi sendiri merupakan pengambilan organ atau sel atau jaringan dari tubuh seseorang dan memasukkannya ke dalam tubuh seseorang yang mengalami kegagalan organ.

Prosedur ini dapat menyelamatkan nyawa orang yang menerima donor tersebut.

Transplantasi biasanya hanya dipertimbangkan setelah semua perawatan lain gagal dan dokter yakin bahwa pasien hanya bisa disembuhkan lewat transplantasi.


Saat ini, beberapa kemajuan sudah terjadi di Indonesia yang ditandai dengan makin bertambahnya jenis transplantasi, yang sebelumnya hanya dapat dilakukan transplantasi organ, seperti ginjal dan hati.
​​​​​​ Tansplantasi sel dan jaringan pun saat ini dapat dilakukan di Indonesia.
Selain itu, kemajuan ini juga melibatkan perkembangan usia pasien yang dapat ditransplantasikan. Misalnya, pada transplantasi ginjal yang sebelumnya hanya dapat dilakukan pada dewasa kemudian dapat dilakukan pada anak, sedangkan transplantasi hati yang pada awalnya hanya dilakukan pada anak kemudian dapat dilakukan pada dewasa.
Perkembangan transplantasi ini tak lepas dari dukungan pemerintah yang senantiasa memperbaiki sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga dapat membiayai tindakan transplantasi dan obat-obatan yang dibutuhkan untuk perawatan sesudahnya.
Pemerintah juga mendorong perkembangan pelayanan transplantasi di berbagai pusat di luar Pulau Jawa, sehingga masyarakat di bagian barat dan timur Indonesia dapat menerima pelayanan tersebut.
Teknik terbaru
Secara teknis, operasi untuk pendonor kini lebih singkat masa rawatnya karena menggunakan teknik terbaru. Pemantauan resipien pasca-operasi juga dilakukan secara lebih intensif dengan tingkat komplikasi untuk resipien dan donor yang jauh lebih rendah.
Angka kesintasan para resipien transplantasi ini juga makin tinggi karena majunya teknologi kesehatan dan obat-obatan. Hal lain yang perlu diketahui juga adanya kesempatan untuk melakukan proses transplantasi organ dari donor yang berbeda golongan darah atau disebut sebagai "ABO incompatible".
Terkait inovasi teknologi dan teknik yang digunakan, beberapa yang sudah dilakukan di antaranya adalah: uji cross-match, laparoskopi, Human Leukocyte Antigen (HLA, protein yang ditemukan pada sel tubuh manusia, yang digunakan dalam pencocokan antara donor dan resipien ketika melakukan transplantasi).
Sedangkan untuk transplantasi kornea sudah menggunakan alat yang terbarukan yakni Descemet Membrane Endothelial Keratoplasty (DMEK), yakni perosedur terbaru untuk menggantikan lapisan endotelium dan Descemet's membrane yang rusak), Descemet Stripping Endothelial Keratoplasty (DSEK) (menggantikan lapisan endotelium kornea yang rusak), Descemet Stripping Automated Endothelial Keratoplasty (DSAEK), mirip dengan DSEK tetapi menggunakan teknologi otomatisasi (mikrokeratom) untuk mempersiapkan jaringan donor), laser, dan rekayasa jaringan.
Pengembangan sistem pencatatan untuk meningkatkan jumlah donor juga terus dikembangkan dan diawali dengan program registri transplantasi serta persiapan untuk pengembangan layanan transplantasi dari donor cadaver, sehingga lebih banyak pasien yang mendapat organ untuk ditransplantasikan.
Inovasi lain yang kini juga berkembang adalah layanan "stem cell" yang akan sangat bermanfaat untuk para penderita penyakit terutama penyakit hematologi atau kelainan darah.
Meskipun sudah banyak kemajuan di bidang transplantasi di Indonesia, masih banyak juga rintangan yang perlu dihadapi seperti ketersediaan layanan yang terintegrasi dan layanan pendukung transplantasi seperti pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan sumber daya manusia masih berpusat di kota-kota besar.
Kemudian, birokrasi yang panjang dalam persiapan transplantasi, keterbatasan pilihan obat karena harganya masih relatif mahal dan keterbatasan donor, khususnya donor hidup.
Lewat Transplant Fest 2024 ini diharapkan banyak masyarakat yang bisa mengetahui seberapa besar transplantasi mampu menyelamatkan banyak nyawa.

Kegiatan itu membuka mata masyarakat bahwa teknologi transplantasi ini tersedia di Indonesia, dengan teknologi canggih memiliki angka kesintasan atau harapan hidup yang tinggi untuk donor dan resipien atau penerima donor.

Masyarakat diharapkan makin terbuka dan tertarik untuk menjadi donor dan juga tidak takut menjalani transplantasi bila memang diindikasikan untuk melakukan hal tersebut.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024