Yerusalem (ANTARA News) - Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, hari Senin waktu setempat menyatakan, ingin berbicara dengan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, dengan menyebut masalah Palestina sebagai persoalan paling penting di negara Yahudi itu.
"Saya ingin dan mengharapkan berbiacar dengan Abu Mazen," kata Olmert kepada wartawan di Yerusalem, dengan menyebut Abbas dengan julukan umumnya, "Kami tidak memunyai masalah lebih penting daripada persoalan Palestina."
Olmert dan Abbas terahir bertemu 22 Juni di Yordania dalam pertemuan tak resmi saat sarapan dengan tuan rumah Raja Abdullah II, AFP melaporkan.
Pemerintah Israel memutus semua hubungan dengan pemerintah Palestina pimpinan Abbas pada 11 April sesudah gerakan Islam Hamas membentuk pemerintah sesuai dengan hasil mengejutkan menang dalam pemilihan umum bulan Januari.
Israel, bersama dengan Amerika Serikat dan Eropa Bersatu, menyatakan Hamas sebagai kelompok teroris.
Hamas menewaskan sejumlah orang Israel dalam pemboman bunuh diri selama beberapa tahun. Sayap bersenjatanya tidak menyatakan bertanggung jawab atas serangan semacam itu di negara Yahudi tersebut sejak Januari 2005.
"Kami tidak bertemu pada masa lalu bukan karena saya tidak mau, tapi karena ada kesulitan dalam memperkirakan hasil dari pertemuan di pihak Palestina," kata Olmert.
"Ada serangkaian langkah, yang dapat dilakukan, tapi penculikan Gilad Shalit menghalanginya," kata Olmert, dengan merujuk pada serdadu Israel, yang disergap pejuang Gaza dalam serangan lintas batas 25 Juni, yang menewaskan dua tentara lain.
"Sepanjang Gilad Shalit tidak dikembalikan, saya tidak akan membicarakan pembebasan tahanan," kata Olmert, "Sebelum penculikan itu, saya mengatakan bahwa dalam kerangka perundingan di antara kami, saya siap membebaskan tahanan Palestina."
Ketiga kelompok penyerang itu, termasuk sayap bersenjata Hamas, menuntut Israel membebaskan tahanan Palestina sebagai imbalan pembebasan serdadu tersebut.
Negara Yahudi menuntut pembebasan tanpa syarat, tapi media setempat senantiasa memberitakan bahwa perundingan sedang berlangsung dengan Mesir sebagai perantara.
Balatentara Israel bulan lalu menangkap sekretaris parlemen Palestina, Mahmud Ramhi.
Ramhi, pejabat Hamas dan orang keempat di parlemen Palestina, ditangkap di rumahnya di El-Bireh, kota di dekat Ramalah.
Sekitar 10 jip tentara Israel mengepung rumahnya dan serdadunya segera menciduk Ramhi dari dalam rumah dan pergi beberapa menit kemudian.
Jurubicara tentara Israel memastikan penangkapan Ramhi itu.
Ramhi adalah orang terahir dari sejumlah pejabat tinggi Hamas, termasuk menteri, yang ditangkap pasukan Israel setelah penyerbuan lintas batas 25 Juni di Jalur Gaza itu.
Penahanan Ramhi itu dilakukan sehari setelah pasukan Israel menangkap Wakil Perdana Menteri Palestina dan anggota utama Hamas Nassereddin Shaer.
Israel menangkap lebih dari lima lusin pejabat Hamas sejak 25 Juni.
Sebagai bagian dari gerakan penumpasan Hamas, negara Yahudi itu pada 29 Juni menangkap 64 pejabat Hamas, termasuk delapan menteri dan 26 anggota parlemen.
Empat orang dari mereka telah dibebaskan, namun tiga lagi ditahan kembali, termasuk Aziz Dreik, ketua parlemen dan orang kedua di pemerintahan Palestina.
Gilad Shalit, yang penawanannya di Jalur Gaza oleh pejuang Palestina menyulut serangan besar Israel di wilayah itu, berada dalam keadaan sehat dan baik, kata jurubicara pemerintah Palestina ahir bulan lalu. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006