Tokyo (ANTARA) - Lebih dari 80 persen responden Jepang mulai merasa cemas dengan potensi dampak dari penurunan angka kelahiran di negara tersebut, menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik NHK.

Menurut jajak pendapat tersebut, 54 persen dari responden mengaku sangat khawatir tentang dampak sosial dari penurunan angka kelahiran di negara tersebut, dan 31 persen responden mengaku mereka merasakan kekhawatiran dalam tingkat tertentu terkait masalah itu, papar NHK pada Selasa (11/6).

Sementara itu, 6 persen responden mengatakan tidak terlalu khawatir, dan 2 persen mengaku tidak khawatir sama sekali, lanjut NHK.

NHK melakukan survei telepon secara acak selama tiga hari hingga Minggu (9/6) dan menerima tanggapan dari 1.192 responden.

Ketika ditanya apakah program pemerintah yang baru untuk meningkatkan dukungan pengasuhan anak dapat membalikkan penurunan angka kelahiran, 46 persen responden mengatakan program tersebut tidak akan banyak membantu, dan 20 persen responden beranggapan bahwa program tersebut tidak akan membantu sama sekali.

Di sisi lain, 3 persen responden menjawab bahwa langkah-langkah tersebut dapat memiliki dampak yang signifikan, sementara 23 persen mengatakan program tersebut dapat membantu sampai tingkat tertentu.

Tingkat fertilitas, jumlah rata-rata kelahiran bayi per wanita selama masa reproduksinya, di Jepang anjlok hingga ke rekor terendah 1,20 pada 2023, yang merupakan level terendah negara itu sejak pencatatan dimulai pada 1947.

Angka tersebut terus mengalami penurunan selama delapan tahun berturut-turut, menurut data yang dirilis pekan lalu oleh Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang.


Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2024