Mataram (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan berdasarkan monitoring dan prediksi curah hujan dasarian, delapan daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB) berpotensi untuk bersiaga mengalami kekeringan meteorologis.
Potensi kekeringan tersebut sebagai dampak dari kejadian hari kering berturut-turut dengan indikator hari tanpa hujan dan berpotensi siaga serta waspada di delapan daerah tersebut.
Prakirawan BMKG Stasiun Klimatologi NTB Anggitya Pratiwi dalam keterangan tertulis di Mataram, Rabu, mengatakan potensi daerah level siaga kekeringan terjadi di Kabupaten Dompu (Kecamatan Kempo, Kilo, Pajo), Kabupaten Bima (Kecamatan Belo, Donggo, Lambitu Palibelo, Wawo, Wera).
Baca juga: BNPB siapkan modifikasi cuaca antisipasi kekeringan di Lombok Tengah
Kemudian, Kota Bima (Kecamatan Raba, Rasanae Timur), Kabupaten Lombok Barat (Kecamatan Lembar), Lombok Timur (Kecamatan Sambelia), Kabupaten Lombok Utara (Kecamatan Bayan), Sumbawa (Kecamatan Labuhan Badas, Lape, Moyohilir, Sumbawa, Unter Iwes), dan Kabupaten Sumbawa Barat di Kecamatan Jereweh.
Hasil monitoring El Nino-Southern Oscillation (ENSO) terakhir menunjukkan indeks ENSO (+0.168) terpantau berada pada kondisi netral. Prediksi indeks ENSO akan beralih menuju La Nina mulai periode Juni-Juli-Agustus (JJA) 2024.
Sedangkan nilai anomali SST di Samudera Hindia menunjukkan nilai IOD Netral (+0.08) dan diprediksi IOD positif akan berlangsung Juni hingga September 2024, dan kembali netral hingga akhir tahun 2024.
"Aliran masa udara wilayah Indonesia bagian Selatan termasuk NTB, sudah didominasi angin timuran," katanya.
Ia mengatakan update terakhir Madden Julian Oscillation (MJO) terpantau tidak aktif di wilayah Indonesia hingga pertengahan Mei 2024, dan diprediksi tidak aktif hingga akhir dasarian I Juni 2024.
"Aktifnya MJO berkaitan dengan potensi peningkatan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk wilayah NTB," katanya.
Baca juga: BMKG sebut wilayah NTB mulai mengalami kekeringan
Baca juga: Puncak kemarau, BMKG imbau warga NTB waspada kekeringan meteorologis
Oleh karena itu, memasuki musim kemarau warga NTB diimbau menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. Masyarakat juga perlu mewaspadai akan terjadinya bencana kebakaran hutan dan lahan, serta kekeringan yang umumnya terjadi pada periode puncak musim kemarau.
"Masyarakat dapat memanfaatkan penampungan air, seperti embung, waduk, atau penampungan air hujan lainnya guna mengantisipasi kekurangan air, khususnya di wilayah-wilayah yang sering terjadi kekeringan," katanya.
Pewarta: Akhyar Rosidi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024