Jakarta (ANTARA News) - PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada triwulan II 2006 mencatat kerugian periode berjalan Rp6,5 triliun. Kerugian tersebut, seperti tertuang dalam jawaban direksi PLN saat rapat kerja Komisi VII DPR dengan Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Senin, berarti jauh di bawah target Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2006 yang diproyeksikan meraih laba Rp10,9 triliun. Dalam jawaban PLN itu juga tertulis kerugian sebelum pajak Rp5,4 triliun dan kerugian operasi Rp5,2 triliun. Direktur Keuangan PLN Parno Isworo mengatakan, kerugian itu dikarenakan PLN tidak mampu menurunkan persentase susut jaringan (losses) yang ditargetkan menjadi 10,12 persen. Menurut dia, pada periode itu perseroan hanya mampu menurunkan "losses" pada posisi 12,06 persen karena ketiadaan dana investasi. Ia mengatakan, guna mencapai target susut itu paling tidak membutuhkan investasi Rp3-4 triliun per tahun sementara periode dana investasi yang tersedia hanya Rp2,77 triliun. "Dana yang seharusnya buat perbaikan jaringan harus dialokasikan untuk membeli solar," katanya. Karenanya, menurut dia, setelah pembangkit batubara 6.900 MW masuk di Jawa, maka PLN akan mematikan pembangkit BBM hingga 3.000 MW. Dalam jawaban PLN ke DPR itu juga disebutkan, target produksi penjualan listrik sebesar 54.668,27 giga watt hour (GWh) terlampaui 100,35 GWh hingga menjadi 54.857,78 GWh. Selain itu, penambahan pelanggan yang ditargetkan 489.968 terlampaui 133.320 hingga menjadi 653.222 pelanggan. "Sehingga, akhir 2006 diharapkan bisa bertambah 1.399.908 pelanggan," ujarnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006