Dalam diskusi tersebut, SESNA Group yang diwakili oleh Head of Business Development Hafidz Akbar membuka pembahasan tentang studi kasus yang dapat dipelajari dari negara-negara Asia Tenggara dalam mengoptimalkan pertumbuhan dan pengimplementasian tenaga surya di Indonesia.
Hafidz berpendapat bahwa pertumbuhan pengembangan energi surya di Indonesia masih cukup tertinggal di antara negara Asia Tenggara lainnya. Namun, perhatian dan peluang investasi kini mulai berfokus pada Indonesia.
"Kita di sini sebenarnya telah mengetahui apa yang terjadi di Asia Tenggara bahwa kita cukup tertinggal dari pertumbuhan pengembangan energi surya di Indonesia. Tapi saya pikir di sisi lain, saat ini semua fokus sebenarnya akan datang ke Indonesia, karena di setiap negara sudah berkembang dengan baik dan segmennya sudah terpenuhi dalam pengembangan tenaga surya. Itu berarti bahwa peluang investasi akan dibangun di sini juga", ujar Hafidz.
Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah Indonesia dalam memastikan kelancaran dan keberhasilan proyek-proyek energi surya di Indonesia.
"Para investor sudah berdatangan ke Indonesia untuk melihat proyek apa yang bisa dilakukan dalam waktu dekat. Tapi saya pikir yang mereka butuhkan adalah kepastian bahwa proyek tersebut akan berjalan, dan proyek tersebut juga harus bankable. Itu adalah kriteria utama," tambahnya.
Selain itu, Hafidz juga memberikan wawasan tentang praktik terbaik dalam pengadaan komponen penting untuk proyek-proyek tenaga surya. Ia menambahkan bahwa optimasi proyek dimulai dari simulasi dan data dasar komponen yang akurat. Namun, menurutnya, yang lebih kritis adalah aspek pengiriman energi.
"Pengiriman energi ada di sisi beban. Misalnya, jika beban membutuhkan baterai atau BESS (Battery Energy Storage System) untuk menjembatani pengiriman, maka baterai itu sendiri sebenarnya bukan sistem pembangkit listrik, kan? Baterai adalah pemindah energi atau generator. Jadi, dari sudut pandang developer, hal ini tidak menghasilkan pendapatan, kecuali jika sistem baterai tersebut memiliki tarif sendiri atau digunakan untuk tujuan lain”, ungkap Hafidz.
Hafidz menutup diskusinya dengan menekankan bahwa dari sudut pandang investor, wajib untuk memastikan jika produksi energi dapat diestimasi dengan akurat dan dapat dikirimkan 100% tanpa hambatan.
"Jika hal tersebut dapat dilakukan di atas kertas, saya rasa kemungkinan besar hal tersebut juga dapat dilakukan di dunia nyata," pungkasnya.
Acara The Solar Week Indonesia 2024 merupakan platform penting bagi para pemangku kepentingan di industri energi surya untuk berbagi wawasan, tantangan, dan peluang dalam mengembangkan energi surya di Indonesia. Acara tersebut diselenggarakan oleh Solar Quarter South East Asia, dengan dihadiri oleh berbagai pakar dan profesional dari industri energi surya serta perusahaan pendukungnya.
Dengan dukungan dan kolaborasi yang tepat, diharapkan Indonesia dapat segera mengejar ketertinggalannya dan memaksimalkan potensi energi surya yang dimilikinya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2024